Demokrat Sergei Aprsiasiasi Stafsus Menteri dan Lapas Watch Benahi Overcrowded Lapas
TRANSINDONESIA.co | Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara, mengapresiasi Staf Khusus (Stafsus) Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Ir. H. Abdullah Rasyid, M.E, saat diskusi dengan Lapas Watch, Sabtu (4/1/2025), di Jakarta, terkait permasalahan overcrowded atau over kapasitas di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) yang terjadi di hampir seluruh Indonesia.
“Kami mengapresiasi empat langkah prioritas dalam menghadapi permasalahan overcrowded atau over kapasitas hampir seluruh lapas yang ada di Indonesia. Menyikapi hal tersebut, sebagai implementasi dari salah satu solusi tersebut, kami mendorong agar segera dibangun Lapas di Kabupaten Sergai. Dengan Membangun Lapas baru di Sergai ini akan dapat meningkatkan kapasitas dan fasilitas bagi narapidana yang menjadi langkah penting yang harus segera dilakukan,” kata Ketua DPC Partai Demokrat Sergai, Yunasril, SH, MKn, dalam keterangannya di Sergei, Ahad (5/12/2024).
Lebih lanjut Yunasril mengungkapkan dirinya telah menghubungi Stafsus Menteri Imigrasi dan Permasyarakatan, Abdullah Rasyid, untuk pembangunan Lapas Sergei yang membutuhkan pembangunan untuk menampung warga binaan yang saat ini overcrowded.
“Alhamdulillah, kami telah berdiskusi langsung dengan Bapak Ir. H. Abdullah Rasyid, M.E, Stafsus Menteri Imigrasi dan Permasyarakatan yang juga Sekretaris Departemen Dalam Negeri DPP Partai Demokrat. Beliau sangat menyambut baik usulan pembangunan Lapas di Sergai. Selanjutnya Partai Demokrat siap berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Pemkab Sergai untuk pengadaan atau hibah lahannya sepanjang Kementerian mengalokasikan anggaran untuk pembangunannya,” terang Yunasril.
Sebelumnya, Abdullah Rasyid, menyambut baik isu dan masukan, serta kritik Lapas Watch untuk pembenahan Lembaga Permasyarakatan (Lapas) dan pemberdayaan terhadap narapidana yang saat ini dihampir seluruh Lapas di Indonesia menghadapi masalah overcrowded yang tidak dapat dihindarkan.
“Ini memang masalah utama yang dihadapi karena kapasitas Lapas yang terus bertambah sementara perluasan dan pembangunan Lapas tidak mungkin dilakukan karena permasalahan anggaran yang belum dapat memadai,” ungkap Abdullah Rasyid saat menghadiri diskusi bersama dengan Lapas Watch di Jakarta, Sabtu (4/1/2025).
Sebenarnya kata Abdullah Rasyid, mengacu pada Asta Cita Presiden Prabowo Subianto hal ini dapat diatasi.
Lebih lanjut Abdullah Rasyid mengatakan ada empat hal yang harus di pikirkan pemberdayaan narapidana (Napi) dalam berbagai aspek yakni, pertama memberikan pengampunan,
amnesti, aboilisi, rehabilitasi dan grasi pada narapidana. Dengan alasan kemanusiaan demokrasi dan HAM.
Misalnya, orang berusia lanjut dan memiliki penyakit dapat diberikan pengampunan. Demokrasi pada tahanan politik seperti, almarhumah Rahmawati Soekarnoputri yang status tersangkanya belum dicabut sampai saat ini.
“Banyak juga tersangkut kasus UU ITE perlu juga diberi pengampunan, tidak hanya diberikan pada narapidana umum,” kata Rasyid.
Kedua, melakukan restoratif justice, di mana pelaku tindak pidana ringan. Ketiga, Pemberdayaan warga binaan
Seperti pemberdayaan warga binaan dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki Lapas dalam program nasional ketahanan pangan seperti Asta Cita.
Keempat, Penambahan lembaga pemasyarakatan atau merenovasi Lapas untuk dapat memberikan fasilitas kepada warga binaan.
“Empat hal ini dapat mengatasi overcrowded, dan ke depan saya mengajak Lapas Watch dan stakeholder untuk turut bersama membenahi khususnya pembenahan Lapas,” terang Abdullah Rasyid.
Dalam diskusi tersebut turut dihadiri Koordinator Presidium Lapas Watch Kalimatua Siregar, SH, MH, Sekjen Lapas Watch Syafrudin, ST, SH, dan Pembina Lapas Watch Idrus Abdullah.
Karena itu lanjut Abdullah Rasyid diperlukan beberapa strategi untuk mengatasi kelebihan kapasitas (overcrowded) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), di antaranya jangka pendek, rehabilitasi dan renovasi fasilitas yang ada, membangun blok baru atau pengembangan infrastruktur, mengalokasikan anggaran untuk meningkatkan kapasitas, menerapkan program pemasyarakatan terbuka, dan mengoptimalkan penggunaan teknologi untuk pemantauan.
Untuk jangka panjang, meningkatkan efisiensi proses peradilan untuk mengurangi waktu penahanan, mengembangkan program rehabilitasi dan pendidikan, meningkatkan kerjasama dengan lembaga masyarakat, membangun Lapas baru di lokasi strategis, mengembangkan sistem pemantauan elektronik.
“Sedangkan strategi operasional dengan mengklasifikasikan narapidana, berdasarkan tingkat risiko, menerapkan shift kerja untuk staf, mengoptimalkan penggunaan ruang, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, dan mengembangkan program kesadaran hukum,” papar alumni Universitas Sumatera Utara (USU) ini.
Selain itu diperlukan perbaikan sistem peradilan pidana, meningkatkan efisiensi proses peradilan untuk mengurangi waktu penahanan.
“Kerjasama internasional untuk pertukaran best practice juga diperlukan ke depan, dengan melakukan evaluasi dan pemantauan berkala, serta pengembangan kebijakan pemasyarakatan,” ujar Abdullah Rasyid. [sfn]