Dusun Wotawati Gunungkidul Bersolek Sambut Wisatawan

TRANSINDONESIA.co | Ada sebuah dusun yang memiliki beberapa keunikan dan pemandangan indah bernama Wotawati. Berjarak sekitar 74 km dari pusat Kota Yogyakarta, dusun di wilayah Kalurahan Pucung, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunungkidul, yang viral beberapa tahun ini, kini tengah bersolek agar menjadi kawasan terpadu desa wisata nantinya.

Dusun Wotawati mempunyai letak yang istimewa di sebuah lembah yang merupakan jejak dari aliran Sungai Bengawan Solo Purba. Karena letak geografis yang unik tersebut, Dusun Wotawati terkenal dengan fenomena matahari terbit yang lebih lambat dari daerah lain sehingga minim mendapatkan paparan sinar matahari.

Tak sekadar letak dan fenomena alam yang unik, Dusun Wotawati pun tengah ditata menjadi kawasan terpadu desa wisata bergaya kolosal ala kerajaan Majapahit dan Mataram. Hal tersebut menilik potensi yang dimiliki padukuhan berupa landscape tata desa kawasan lembah yang menarik serta mata pencaharian warganya di sektor pertanian yang bisa menjadi daya tarik pariwisata tersendiri.

Setiap dua hingga empat rumah kanan, kiri, depan, dan belakang memiliki akses jalan penghubung. Dapat diibaratkan jalan-jalan yang ada di pemukiman Padukuhan Wotawati ini layaknya sebuah labirin berupa gang-gang yang ada di perumahan modern saat ini, yang pada dasarnya adalah bagian dari konstruksi para pendahulu di padukuhan tersebut.

Melihat potensi tersebut, Kalurahan Pucung lantas mengajukan proposal kepada Paniradya Kaistimewan terkait pembangunan kawasan terpadu Padukuhan Wotawati.

Usulan tersebut disetujui dan mendapatkan kucuran Dana Keistimewaan (Danais) pada 2023 lalu.

Mulai pertengahan 2024, pekerjaan fisik sudah dilakukan dan mendapatkan kucuran anggaran Danais sebesar Rp5 miliar. Alokasi Danais tersebut digunakan untuk penyusunan dokumen, pembangunan pagar, pembangunan pendopo, dan fasad rumah.

Konsep penataan kawasan terpadu Padukuhan Wotawati menyesuaikan kondisi eksisting yang telanjur modern. Untuk pagar menggunakan desain akulturasi antara Majapahit denah Mataram atau Kabupaten Gunungkidul sehingga digunakan material utama bata merah berbentuk arsitektur gaya Gunungkidul berupa Gapura Lar Badak. [nag]

Share