Harga Minyak Dunia Terus Naik Akibat Ketegangan di Timur Tengah dan Data AS

TRANSINDONESIA.co | Harga minyak dunia naik selama lima sesi berturut-turut, Senin (12/8), memperpanjang kenaikan lebih dari tiga persen pada minggu sebelumnya seiring dengan meredanya kekhawatiran resesi AS dan data risiko pasokan Timur Tengah yang mendukung.

Minyak mentah berjangka Brent LCOc1 naik 88 sen, atau 1,1 persen, pada $80,54 per barel pada pukul 13.19 GMT, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) CLc1 naik $1,06, atau 1,38 persen, menjadi $77,90.

“Dukungan datang dari data AS minggu lalu yang lebih baik daripada perkiraan, yang meredakan kekhawatiran akan resesi AS,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore.

“Ada juga banyak kecemasan mengenai kapan Iran akan membalas pembunuhan Israel terhadap para pemimpin kunci Hamas dan Hizbullah. Rasanya ini soal kapan, bukan masalah apakah akan dilakukan.”

Iran dan Hizbullah telah bersumpah akan membalas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan komandan militer Hizbullah Fuad Shukr. “Pasar masih menunggu respons Iran,” kata Warren Patterson, kepala riset komoditas ING.

Selain itu, serangan Israel ke Gaza meningkat pada hari Sabtu (10/8) ketika sebuah serangan udara di sebuah kompleks sekolah menewaskan sedikitnya 90 orang, menurut Layanan Darurat Sipil Gaza, meskipun Israel mengatakan bahwa jumlah korban tewas dibesar-besarkan. Hamas menyatakan ragu akan berpartisipasi dalam pembicaraan gencatan senjata baru pada hari Minggu (11/8).

Brent naik 3,7 persen minggu lalu sementara WTI naik 4,5 persen, didukung oleh data ekonomi dan meningkatnya harapan akan penurunan suku bunga AS.

Tiga pejabat bank sentral AS mengatakan minggu lalu bahwa inflasi tampaknya akan mereda dan memungkinkan bagi Federal Reserve untuk memangkas suku bunga secepatnya bulan depan.

Harga-harga konsumen China naik lebih cepat daripada yang diperkirakan di bulan Juli, dan klaim pengangguran mingguan AS turun lebih daripada yang diperkirakan minggu lalu.

Pada hari Senin, Rusia mengevakuasi warga sipil dari beberapa bagian wilayah kedua di sebelah Ukraina setelah Kyiv meningkatkan aktivitas militer di dekat perbatasan hanya beberapa hari setelah serangan terbesarnya ke wilayah kedaulatan Rusia sejak dimulainya perang pada tahun 2022.

Melemahkan dukungan harga, OPEC memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global pada 2024, mengutip data yang lebih lemah daripada yang diharapkan untuk paruh pertama tahun ini dan ekspektasi yang lebih lemah untuk China. OPEC juga memangkas ekspektasi untuk tahun depan. [voa]

Share