Erdogan Tuduh Oposisi Turki Kerja sama dengan Biden untuk Gulingkan Dirinya

TRANSINDONESIA.co | Presiden Turki Tayyip Erdogan menuduh kelompok oposisi bekerja sama dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menggulingkannya setelah 20 tahun berkuasa. Hal itu disampaikan Erdogan pada hari terakhir kampanyenya menjelang pemilihan presiden yang akan digelar pada Minggu (14/5).

Sejumlah jajak pendapat menunjukkan Erdogan kalah tipis dibandingkan kandidat oposisi utama, Kemal Kilicdaroglu, sehari menjelang salah satu pemilihan paling penting dalam sejarah modern Turki. Namun, jika tak satu pun dari mereka berhasil mengantongi suara mayoritas, pemungutan suara akan dilanjutkan pada 28 Mei. Berdasarkan regulasi Turki, calon presiden yang berhasil meraih lebih dari 50 persen suara secara otomatis dinyatakan menang.

Para pemilih juga akan memilih parlemen baru, kemungkinan persaingan ketat antara Aliansi Rakyat yang terdiri dari Partai AK (AKP) yang berakar dari Islam konservatif yang mengusung Erdogan dan MHP nasionalis dan lainnya, serta Aliansi Bangsa Kilicdaroglu yang dibentuk dari enam partai oposisi, termasuk Partai Rakyat Republik sekulernya. (CHP), didirikan oleh pendiri Turki, Mustafa Kemal Ataturk.

Tempat-tempat pemungutan suara (TPS) akan dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 17.00 waktu setempat.

Kampanye Erdogan selama sebulan terakhir berfokus pada pencapaian pemerintahnya dalam industri pertahanan dan proyek infrastruktur, dan pernyataannya bahwa oposisi akan membatalkan perkembangan tersebut.

Salah satu poin kampanyenya adalah bahwa pihak oposisi menerima perintah dari Barat, dan bahwa mereka akan tunduk pada keinginan negara-negara Barat jika terpilih.

Saat berkampanye di distrik Umraniye Istanbul, Erdogan mengingatkan kembali komentar Biden yang diterbitkan koran New York Times pada Januari 2020, saat dia berkampanye dalam pilpres AS. Saat itu, Biden mengatakan Washington harus mendorong lawan-lawan Erdogan untuk mengalahkannya secara elektoral, dan menekankan Erdogan tidak boleh digulingkan dalam kudeta.

Komentar tersebut, yang muncul kembali akhir tahun itu dalam sebuah video yang menjadikan Biden topik paling populer di Twitter di Turki. Ankara mengutuk komentar tersebut dan menyebutnya sebagai bentuk “intervensi.”

“Biden memberi perintah untuk menggulingkan Erdogan, saya tahu ini. Semua orang saya tahu ini,” kata Erdogan, 69 tahun. “Kalau begitu, pemungutan suara besok akan memberikan tanggapan kepada Biden juga,” tambahnya.

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan Turki adalah sekutu lama AS dan Washington akan mengikuti pemilihan dengan cermat, tetapi menambahkan: “Amerika Serikat tidak memihak dalam pemilihan.

“Satu-satunya kepentingan kami adalah proses demokrasi, yang harus bebas dan adil. Kami percaya bahwa otoritas Turki akan melaksanakan pemilihan sesuai dengan tradisi demokrasi yang panjang dan membanggakan serta undang-undangnya,” kata juru bicara itu.

Erdogan juga mengkritik Kilicdaroglu atas komentarnya tentang Rusia, menyebut Moskow sebagai mitra penting bagi Turki. “Rusia telah menjadi salah satu sekutu terpenting kami terkait produk pertanian,” katanya.

Sekutu Barat Turki jengkel dengan kedekatan Ankara dan Moskow di bawah pemerintahan Erdogan. Turki adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO), yang berdiri teguh di belakang Kyiv sejak Moskow melancarkan invasi besar-besaran ke tetangganya tahun lalu, tetapi belum menjatuhkan sanksi terhadap Rusia. [voa]

Share
Leave a comment