INDONESIA BUTUH PRESIDEN SEKALIBER UMAR BIN KHATTAB
(Catatan Kecil Untuk Pemimpin Indonesia Masa Depan)
TRANSINDONESIA.co | Dr. Achmad Kholiq, MA
Dosen Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Prolog
Tidak ada relevansi langsung antara variabel Umar bin Khattab dengan Masa depan Indonesia. Silogisme Aristoteles pun tidak cukup memadai untuk memberikan interpretasi tentang tema tersebut, premis yang digunakan cenderung berandai andai sehingga konklusinya pun tidak pas. Satu satunya metodologi yang mungkin bisa digunakan dalam memetakan secara baik adalah “tafsir imajiner”
(tafsir hayali).
Artinya, jika saja, protipe kepemimpinan Umar Bin Khattab hadir di tengah perhelatan pencalonan Presiden, menjelang tahun politik dewasa ini, maka ia layak jadi pemimpin dan memimpin Indonesia masa depan. Dengan kata lain, pimpinan negara dengan prototipe seperti ‘Umar bin Khattab’ lah yang akan mampu membawa negeri ini ke arah perubahan secara spektakuler dan mendasar.
Statemen itu tidak berlebihan, sebab boleh jadi carut marutnya Bangsa Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, di berbagai sektor diakibatkan karena aktor-aktor di tingkat elit negeri ini jauh dari prototipe ideal seorang pemimpin seperti Umar bin Khattab yang tegas, profesional, cerdas, integritas yang tinggi, berani mengambil resiko dan tangguh dalam penataan administrasi pemerintahan, dan tidak kalah pentingnya adalah komitmennya yang kuat terhadap value (agama). Dengan prototipe yang hampir sempurna itu Presiden seperti Umar mampu membawa pemerintahan Islam memasuki babak baru yang lebih baik dan siap bersaing secara fair dengan negara negara lain pada zamannya (seperti Persia dan Romawi).
Keberhasilan Umar dalam memimpin pemerintahan, mendapat legitimasi dari beberapa pengamat politik dunia, tidak kurang dari Michael Hart yang memberikan komentarnya, “Jika saja tidak karena usaha yang dilakukan Umar Bin Kattab pada waktu itu, maka Islam tidak berkembang seperti yang sekarang ini”.
‘Presiden’ Umar bin Khattab secara cemerlang telah berhasil melakukan upaya-upaya mobilisasi internal dalam bentuk penataan administrasi kenegaraan dan berbagai penataan supra dan infra struktur sebagai upaya memberikan pelayanan maksimal bagi komunitas sosial waktu itu, secara ekternal ia juga telah berhasil membangun “image” negara negara adikuasa waktu itu (Persia dan Romawi) segan dan apresiatif terhadap negara yang dibangunnya. Presiden Umar telah berhasil membangun stabilitas politik dan kondisi sosial pada titik stabil yang paling ideal dalam sejarah politik awal Islam.
Negara dan kekuatan Islam yang berada dibawah pemerintahan Umar telah memasuki era penting dalam sejarah, dimana satu tata pemerintahan dan langkah politik serta penataan komunitas sosial tampil secara tegas dan jelas, prinsip persamaan dan persaudaraaan serta keadilan telah menjadi fenomena tersendiri pada masa Presiden Umar Bin Khattab. Integrasi Umar yang hampir sempurna dalam menjalankan roda pemerintahan didukung oleh infrastruktur dan suprastruktur yang mapan, menjadi faktor dominan dalam menciptakan satu kestabilan politik dan sosial pada waktu itu.
Membangun Karakteristik Pemimpin
Potret buram Bangsa Indonesia berlangsung hampir beberapa tahun terakhir. Kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) serta potensi potensi lain yang luar biasa dimiliki Indonesia, sebenarnya cukup menjadi alasan untuk menempatkan Indonesia keluar dari berbagai keterpurukan.
Dua variabel penting yang akan menjadi penentu Wajah Indnesia Baru ke depan adalah, “sistem dan tipologi pemimpin”. Memang agak sulit memetakan mana yang harus didahulukan, apakah sistem atau pemimpin yang kuat. Sebut saja kita kini berada pada titik nadzir dimana sistem dan tipe kepemimpinan kita kurang begitu menguntungkan bagi Pembaharuan Indonesia. Andaikan itu terjadi pada situasi kita, maka yang menjadi prioritas agenda dari dua pilihan tersebut adalah melahirkan pemimpin kuat yang dengan segala kekuatannya akan punya keberanian membangun sistem yang kuat pula.
Kondisi paling mutahir Bangsa Indonesia dihadapkan pada pilihan keharusan melahirkan seorang pemimpin yang tangguh, cerdas dan berani mengambil pilihan-pilihan strategis. Modal yang satu ini akan menjadi momentum paling menentukan masa depan Indonesia. Ketika supremasi hukum tidak menemukan elan vitalnya, penataan administrasi negara tidak berjalan secara optimal, keadilan tidak bisa ditemukan, tingkat kerawanan sosial mengkhawatirkan dan pemerataan ekonomi mengalami disparitas, diperparah lagi pemikiran keagamaan masyarakat kita terjebak oleh imperialisme ‘permisif’ (cenderung toleran pada hal hal yang dianggap tabu) yang berdampak pada hilangnya keseimbangan sosial dan krisis sosial, maka tidak bisa tidak, model kepemimpinan Umar bin Khattab harus menjadi alternatif.
Paling Tidak ada tiga kata kunci yang menjadi kesuksesan presiden Umar dalam membangun negara.
Pertama
Integritas dan komitmen pada value (nilai keagamaan) yang begitu kuat. Perlu di pertimbangkan sebagai bahan analisis tentang hasil penelitian yang dilakukan Sir Willian Muir, menunjukkan bahwa, “faktor faktor yang membawa kesuksesan Umar dalam mengemban tugas negara pada masanya adalah terletak pada motivasi internalnya dan loyalitasnya terhadap ajaran Tuhan”. Mengurus negara tidak semata didasarkan pada pilihan pilihan politik yang profan tetapi merupakan pertaruhan misi suci dihadapan Tuhan. Ini artinya bahwa komitmen yang kuat pada nilai, akan sangat membantu seorang pemimpin menyelesaikan agenda agenda besar negaranya. Indonesia sebuah negara yang begitu besar dengan berbagai agenda penting yang perlu penyelesaian, tidak mungkin dapat diselesakan jika elit poitik dan pemimpinnya tidak memiliki komitmen yang kuat pada nilai keagamaan dan spiritualitas yang memadai. Padahal komitmen pada nilai, sangat membantu seseorang merumuskan visi dan misinya secara jernih dalam merancang sebuah tugas besar seperti negara.
Tidak salah jika teori SQ membuat simplikasi, bahwa seseorang yang memiliki kecerdaan spiritual yang tinggi, akan mampu membedah dan melihat peluang untuk pemecahan masalah yang dihadapinya. Itulah sebabnya mengapa Umar begitu kuat memegang nilai, karena ternyata itu pulalah yang menjadi motivator mengapa ia begitu tangguh dalam menata negaranya. Dalam pandangan Umar, komitmen pada nilai, akan sangat membantu menjernihkan pemikiran dan memperkaya inspirasi dalam membangun negara, dan hal ini begitu penting maknanya bagi seorang pemegang kebijakan publik.
Komitmen pada nilai keagamaan akan melahirkan Intergritas, Keikhlasan dan Kejujuran yang tinggi. Apabila ini dimiliki seorang presiden, akan sangat memperkuat kepercayaan publik, tidak saja dalam internal negara tetapi juga dalam skala international, dan itu dibuktikan oleh Umar, ketika ia memperoleh apresiasi begitu besar tidak saja dari kalangan rakyatnya tapi juga dari kalangan luar bahkan dari yang berbeda ideloginya.
Kedua
Profesional dan Inovatif, tidak kurang dari sepuluh tahun masa pemerintah presiden Umar, telah banyak melahirkan kebijakan kebijakan strategis dalam pembaharuan sistem administrasi negara. Seorang penulis bernama Abu Rawwas Qol’ah Jiy, telah melakukan riset spektakuler tentang Autobiografi Umar, dan ia telah menemukan tidak kurang dari 200 kebijakan strategis Umar dalam memimpin bangsanya menuju perubahan paling mendasar, dari mulai politik, ekonomi, militer, supremasi hukum dan administrasi negara. Umar dengan cermat telah menjalankan politik luar negerinya secara elegan, terbukti kawasan yang begitu luas dari mulai Syiria, Mesir, Iraq, Persia, Khuzistan, Armenia, Azerbaijan dan Balukhistan telah berada dibawah kekuasaan Pemerintahan Umar dan tanpa gejolak politik yang berarti. Pembentukan lembaga lembaga penunjang kekuatan negara seperti “Diwan” (serupa Departemen Keuangan), “Amsar” (Pusat Pusat Militer yang kemudian berkembang menjadi kota kota besar), “Qadhi” (Semacam lembaga peradilan) dan lembaga penting lainnya adalah salah satu prestasi besar presiden umar dalam membangun negara yang membentang dari kawasan Syiria sampai Azerbaijan. Ini menjadi indikator bahwa Umar memiliki tingkat profesionalisme dan inovasi yang kuat.
Negara Indonesia yang begitu luas membentang dari Sabang sampai Merauke dengan segala kompleksitas persoalan, dari mulai politik, ekonomi, sosial, budaya dan hukum, mustahil akan bisa diselesaikan dengan hasil baik tanpa presiden yang profesional dan inovatif. Sebuah teori (yang terinspirasi dari hadits rasul) mengemukakan “Salah satu sebab runtuhnya kekuatan negara dan ambruknya bangsa karena dipimpin oleh presiden yang tidak profesional dan inovatif”. Dalam kontek kepentingan inilah kita merasa perlu menjaring calon calon pemimipin negara sampai calon pemimpin daerah pilihan dengan standar profesional dan inovatif. Rakyat Indonesia harus cermat, selektif dalam melakukan pilihan itu.
Ketiga
Tegas dan Berani. Salah satu faktor yang ikut memberikan sumbangan terbesar bagi keruntuhan suatu bangsa adalah karena lemahnya supremasi hukum. Ketika Indonesia dewasa ini sedang dilanda krisis moral dalam bentuk meningkatnya angka kriminalitas dengan berbagai formulasinya, maka karakter presidan yang memiliki sikap tegas dan berani mengambil resiko merupakan tuntutan paling mendesak. Sebab ambivalensi pemimpin dalam mengambil tindakan hukum akan semakin memperburuk Potret Indonesia, apalagi Indonesia tengah diterpa musibah konflik sosial begitu rupa, dan fenomena separatisme yang pasti akan mengancam keutuhan bangsa, maka sikap tegas dan berani mengambil keputusan menjadi satu satunya pilihan. Intervensi dan imperialisme asing yang sering kali kurang menguntungkan Posisi Indonesia dalam berbagai bentuknya dari mulai ekonomi politik dan budaya, akan dapat diminimalisir dengan sikap tegas dan keberanian mengambil sikap seorang presidennya. Hilangnya ketegasan dan keberanian akan berdampak pada terjebaknya Indonesia pada ketergantungan yang berlebihan pada negara lain, dan ini akan menciptakan iklim yang kurang kondusif bagi politik luar negri kita.
Di bidang penegakan hukum, apa yang pernah dilakukan Umar, cukup menjadi contoh ideal bagi Presiden Indonesia masa depan. Umar telah membangun egalitarianisme dan persamaan hak dimata hukum begitu rupa. Persamaan perlakukan hukum dalam masyarakat waktu itu tidak terhalang oleh sekat sekat primodialisme bahkan persaudaraan sekalipun. Salah satu bukti historis misalnya, dengan tangannya sendiri Umar telah melakukan ekskusi pidana bagi anaknya sendiri yang kebetulan ditemukan melakukan pelanggaran berat. Umar juga berani melakukan kebijakan penting dalam bidang hukum terhadap pengguna barang barang terlarang ‘Khamar’, dengan tingkat hukuman yang maksimal, dan dampaknya sangat luar biasa, tingkat kriminalitas pada masa pemerintahan umar menurun drastis.
Demi kepentingan negara di masa depan, Umar seringkali cukup berani mengambil kebijakan-kebijakan kontroversial di tengah publik, misalnya berkaitan dengan retribusi pajak bagi kalangan pemilik tanah, penahanan harta rampasan perang guna pembiayaan negara, penggajian pegawai negara, angkatan perang militer dan veteran yang disesuaikan dengan tingkat keahlian dan masa pengabdiannya pada negara, bahkan keberaniannya memecat panglima perang yang diduga menyalahi perintah negara.
Penutup
Indonesia masa depan, bagaimanapun juga, tidak bisa diserahkan pada pemimpin yang lemah. Pemimpin Indonesia masa depan harus tangguh, profesional, inovatif dan yang terpenting adalah komitmen dan integritasnya pada nilai, kuat.*
Cirebon, 29 April 2023
Achmad Kholiq