Pemimpin Orang Bajik yang Bijak

TRANSINDONESIA.co | Pemimpin sebagai orang yang dipercaya untuk memimpin dan diberi amanah serta kepercayaan memegang kewenangan, kekuasaan, mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan bersama. Dengan demikian pemimpin adalah orang yang akan mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Harapan secara general setidaknya  mencakup :
1. Kebaikan dan perbaikan serta peningkatan kualitas
2. Harmoni
3. Memberdayakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien
4. Menyelesaikan masalah
5. Mendukung produktifitas dan mencegah hal hal yang kontra produktif
6. Ada kebaruan
7. Menginspirasi
8. Memotivasi
9. Mentransformasi
10. Mengikuti perubahan yang begitu cepat

Pemimpin yang bajik mendatangkan kebaikan, berbudi luhur, membawa manfaat setidaknya 10 point di atas. Pemimpin yang bajik berefek pada aura atau suasana yang mendatangkan energi positif. Pemimpin sumber enerji yang menguatkan dan berefek luas bagi hidup dan kehidupan.

Pemimpin yang bajik dapat dipahami sebagai sang pencerah yang transformasional, yaitu pemimpin yang mampu belajar dan mempeebaiki kesalahan di masa lalu, siap di masa kini dan mampu menyiapkan masa depan yg lebih baik.
Kebijakan pemimpin yang bajik, bijaksana. Kebijakannya berdampak luas bagi hajat hidup banyak orang, untuk mampu bertahan hidup, tumbuh dan berkembang. Kebijakan yang bijaksana menjadi sumber energi positif.

Pembelajaran bagi pemimpin sejatinya berbasis : moralitas, pengendalian diri, untuk menjadi bajik. Menurut platon seorang pemimpin setidaknya mampu mengatasi pusar ke bawah yang maknanya mampu mengatasi hal hal keduniawian. Mengatasi pusar sampai leher yang maknanya berkaitan dengan harga diri. Mengatasi leher ke atas yang maknanya menjadi bijaksana.

Pemimpin yang bajik dalam kepemimpinan akan banyak menghadapi kesulitan yang dapat di analogikan bagai putri duyung. Kita memvisualkan putri duyung sebagai mahkluk setengah manusia setengah binatangan. Bekepala manusia dan berekor ikan. Putri duyung yang mendambakan ekornya menjadi kaki manusia. Bagian manusia dan bagian binatang menyatu. Manusia mengikuti binatang dapat dikatakan gila.

Binatang mengikuti manusia tidak mungkin. Kalau dipotong atau dipisahkan akan mati. Di sinilah kebajikan ditunjukan. Bagian mana yang memiliki otak dan hati nurani. Ya tentu bagian manusia. Di situlah bagian manusia mampu bijaksana untuk memahami dan memikirkan bagaimana bagian ekor dapat berevolusi menjadi kaki manusia.

Analogi di atas dapat ditunjukan bahwa seorang pemimpin semestinya adalah orang yang bajik yang bijaksana dalam kebijakannya. Mampu memahami, bukan selalu minta dipahami. Mampu memberikan solusi. Dalam bahasa jawa pemimpin itu : “nyontoni (memberi teladan), ngancani (menemani), ngajari (memberikan pembelajaran dan pencerahan), mbelani (memberikan pembelaan, perlindungan dan pengayoman), mbayari (rela berkorban).

Untuk memelihara ikan, yang dirawat terlebih dahulu adalah airnya. Agar ikan yang akan dipelihara dapat bertahan hidup tumbuh dan berkembang. Dalam proses pembelajaran bagi calon calon pemimpin di masa depan sebagai pemimpin yang bajik dan bijaksana keutamaannya dapat diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen. Kebiasaan yang baik akan membawa kepada hati nurani yang baik.

Keutamaan bagi pemimpin setidaknya mencakup:

1. Moralitas yang dapat dijabarkan dalam konteks : kejujuran, kebenaran dan keadilan
2. Pengendalian diri yang dapat ditunjukan dalam : kesadaran, tanggung jawab dan disiplin
3. Peka dan peduli serta berbelarasa bagi kemanusiaan, keteraturan sosial dan peradaban
4. Profesional, cerdas, bermoral dan modern
5. Mampu menjadi ikon, pemimpin bukan sebatas apa dan bagaimana dan mengapa melainkan menjadi siapa.**

Chrysnanda Dwilaksana
180323 Lembang Cianjur

Share
Leave a comment