AUKUS Sepakati Perjanjian Pembuatan Kapal Selam Bertenaga Nuklir

Ketiga pemimpin aliansi militer AUKUS yang terdiri dari Australia, Inggris dan Amerika, Senin (13/2) di San Diego, AS telah mengumumkan langkah-langkah berikutnya. Salah satu hasil terbaru dari pertemuan ketiga pemimpin adalah kesepakatan pembuatan kapal selam baru bertenaga nuklir.

TRANSINDONESIA.co | Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, di dampingi Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, Senin, di San Diego memuji kemitraan AUKUS.

“Ini adalah kemitraan yang kuat. Untuk pertama kalinya, ini berarti tiga armada kapal selam akan bekerja sama melintasi Lautan Atlantik dan Pasifik. Menjaga lautan kita tetap bebas, terbuka, dan sejahtera selama beberapa dekade mendatang,” kata Sunak.

Sunak sebelumnya telah berjanji untuk meningkatkan pendanaan militer Inggris sebesar $6 miliar selama dua tahun ke depan untuk menanggapi invasi Rusia ke Ukraina dan tantangan yang ditimbulkan oleh China.

Berdasarkan kesepakatan AUKUS, Inggris dan Australia akan membangun kapal selam bertenaga nuklir baru yang dilengkapi senjata konvensional, berdasarkan desain dari Inggris, dengan teknologi AS.

Sebagian besar pembuatan kapal selam buatan Inggris akan berlangsung di galangan kapal di Barrow-in-Furness di Inggris barat laut, dengan kapal selam pertama selesai pada akhir 2030-an.

Kesepakatan AUKUS ini juga memungkinkan Australia memperoleh kapal selam, yang lebih canggih dari sebelumnya untuk mengimbangi peningkatan kekuatan militer China.

Australia juga akan membeli hingga lima kapal selam kelas Virginia dari AS.

Menteri Pertahanan Australia Richard Marles Selasa (14/3) di Canberra menegaskan pembelian kapal selam ini sangat diperlukan mengingat situasi di kawasan.

“Kita menyaksikan pembangunan militer konvensional terbesar sejak akhir Perang Dunia Kedua dan itu terjadi di wilayah kita dan bukan Australia yang melakukannya dan kita perlu menanggapinya. Kegagalan untuk melakukannya akan membuat kita dikecam oleh sejarah,” kata Marles.

Australia memperkirakan kesepakatan itu akan menelan biaya sekitar $178-$245 miliar.

Ketiga pemimpin mengatakan rencana kapal selam ini akan meningkatkan kapasitas industri ketiga negara untuk memproduksi dan mempertahankan kapal selam bertenaga nuklir yang bisa dioperasikan selama beberapa dekade mendatang. Kapal-kapal selam baru ini juga akan memperluas kehadiran masing-masing negara di bawah laut dan secara kolektif di Indo-Pasifik, serta berkontribusi pada keamanan dan stabilitas global.

China, yang baru-baru ini (5/3) mengumumkan kenaikan anggaran pertahanannya sebesar 7,2% untuk tahun mendatang mengecam kesepakatan AUKUS ini sebagai langkah berbahaya.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin mengatakan, “Pernyataan bersama terbaru yang dikeluarkan oleh AS, Inggris, dan Australia menunjukkan bahwa ketiga negara telah melangkah lebih jauh ke jalan yang salah dan berbahaya untuk kepentingan geopolitik mereka sendiri, mengabaikan sepenuhnya keprihatinan komunitas internasional.”

Wang Wenbin juga menambahkan AUKUS lahir dari “mentalitas khas Perang Dingin” dan hanya akan “memotivasi persaingan senjata”.

Meskipun bertenaga nuklir, Presiden Biden menekankan kapal-kapal selam baru ini tidak akan membawa senjata nuklir apapun. [voa]

Share