Eropa Meragukan Niat Iran dalam Perundingan Nukli

Berdasarkan perjanjian itu, Teheran setuju membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi dari AS, Uni Eropa dan PBB.

TRANSINDONESIA.co | Prancis, Inggris dan Jerman pada Sabtu (10/9) mengatakan mereka “sangat meragukan” niat Iran untuk menghidupkan lagi perjanjian nuklir, komentar yang ditolak oleh Teheran dan disebut “sangat tidak tepat waktu” oleh Moskow.

Awal bulan ini, Iran menanggapi teks yang diusulkan Uni Eropa untuk memulihkan perjanjian 2015 yang dijuluki Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Berdasarkan perjanjian itu, Teheran setuju membatasi program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi ekonomi dari AS, Uni Eropa dan PBB.

Para diplomat telah mengatakan respons Iran terhadap koordinator Uni Eropa itu merupakan langkah mundur. Iran berusaha menghubungkan pemulihan kesepakatan dengan penghentian penyelidikan oleh Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) terhadap jejak uranium di tiga lokasi.

Dewan Gubernur IAEA akan bertemu pada Senin (12/9), tiga bulan setelah mengadopsi sebuah resolusi yang mendesak Iran untuk memberikan jawaban kredibel kepada organisasi pengawas itu mengenai isu tersebut. Menjelang pertemuan itu, pihak-pihak Eropa menyuarakan rasa frustrasi mereka.

“Tuntutan terbaru ini menimbulkan keraguan serius mengenai niat dan komitmen Iran terhadap hasil JCPOA yang memuaskan,” kata ketiga negara Eropa itu dalam pernyataan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani menyebut pernyataan itu “tidak konstruktif,” menambahkan “ketiga negara Eropa itu diimbau untuk memainkan peranan lebih aktif untuk menyediakan solusi untuk mengakhiri beberapa ketidaksepakatan yang masih tersisa,” kata laporan media pemerintah.

Pernyataan Eropa itu juga memicu utusan Rusia untuk mencuit, menyebutnya “sangat tidak tepat waktunya.” Ia menyebut perkembangan ini sebagai “hambatan yang tidak serius.” [voa]

Share
Leave a comment