Ilmuwan Nekton Coba Menguak Rahasia Pulau Hiu di Maladewa

TRANSINDONESIA.co | Sejak awal bulan ini, tim ilmuwan internasional Nekton berada di pulau Fuvamulah di Maladewa. Misi mereka, menguak misteri mengapa pulau itu menjadi rumah bagi populasi hiu macan terbesar, dan tampaknya paling sehat, di dunia.

Hiu macan, yang bisa tumbuh mencapai panjang beberapa meter, kini menjadi daya tarik wisata yang berkembang bagi para pecinta selam. Namun, bagi nelayan lokal, hiu adalah pesaing mereka dalam mendapatkan tuna, makanan predator raksasa itu.

Tim ilmuwan Nekton Mission, yang berasal dari Maladewa, Sri Lanka, India, Afrika Selatan, dan Inggris, akan menggunakan kapal selam dan teknologi mutakhir lainnya untuk memetakan, memfilmkan, dan mengambil sampel perairan di lepas pantai Fuvamulah hingga kedalaman 1.000 meter.

Tujuannya, menjawab berbagai pertanyaan yang belum terjawab tentang habitat hiu. Jika predator ini dalam keadaan sehat, ini bisa menjadi pertanda baik bagi kesehatan lingkungan laut lainnya.

Penyelam Hamna Hussain adalah pemandu wisata hiu di pulau itu. Ia memiliki banyak pertanyaan untuk Nekton. “Hiu macan diketahui berada di kedalaman ribuan meter. Jadi, kita tidak tahu apa yang mereka lakukan, tidak tahu radius migrasi mereka, tidak tahu di mana mereka melahirkan, tidak tahu apakah ada anaknya di sini, tidak tahu di mana perkawinan terjadi. Ada begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab. Jadi, akan menarik jika sesuatu dihasilkan dari misi ini,” jelasnya.

“Dengan begitu, ada banyak hal yang bisa kita lakukan kalau kita mendapat jawaban atas pertanyaan yang belum terjawab ini. Jadi, sangat penting bagi kita untuk benar-benar mengetahui mengapa hiu-hiu itu di sini, ke mana mereka pergi, supaya kita bisa melakukan sesuatu untuk melindungi mereka,”lanjut Hussain.

Ahmed Inah telah terlibat dalam proyek yang mempelajari populasi hiu macan. Sejauh ini, kata Inah, sudah 200 hiu yang diidentifikasi. Namun, totalnya mungkin mendekati 500.

“Yang kami tahu, itu adalah populasi hiu macan tersehat di dunia. Menurut saya, yang paling penting adalah kami tidak memiliki data dasar yang tersedia karena belum ada yang melakukan apa pun sejauh itu di sekitar pulau ini. Jadi, misi ini akan membantu kami memahami topografi atau Nekton dapat membantu kami memahami sedikit mengapa hiu-hiu itu ada di sini, mengapa hiu berada di sekitar sini, dan mereka bukan hanya hiu macan tetapi juga begitu banyak jenis hiu yang berbeda,” jelasnya.

Sementara ilmuwan Nekton dan komunitas sekolah selam sangat ingin mengetahui lebih banyak informasi tentang hiu-hiu itu, banyak nelayan lokal justru memandang hiu macan dengan cara yang sangat berbeda. Nelayan menganggap hiu sebagai ancaman, pencuri tangkapan mereka. Seorang nelayan mengungkapkan, “Hiu adalah pengganggu terbesar yang kami hadapi.”

Tetapi dengan meningkatnya pariwisata hiu sebagai bagian dari perekonomian pulau itu, apa yang dirasakan pelancong mungkin bertentangan dengan pendapat para nelayan. Pemandu hiu Hamna Hussain menyimpulkan apa yang dirasakan kelompok yang baru saja ia dampingi menyelam untuk melihat predator-predator itu.

“Luar biasa. Itu penyelaman yang luar biasa. Sangat bagus. Hiu-hiunya luar biasa,” jelasnya.

Tim ilmuwan Nekton, yang mencakup 10 aquanaut dari Maladewa, akan bekerja di perairan Maladewa mulai 4 September hingga 7 Oktober. [voa]

Share