Uni Afrika Tak akan Bisa Banyak Beri Dukungan bagi Ukraina
TRANSINDONESIA.co | Para pengamat mengatakan, Uni Afrika (UA) tidak mungkin memberi banyak dukungan kepada Ukraina dalam melawan Rusia, meskipun ada pidato yang penuh semangat oleh Presiden Ukraina melalui video kepada perwakilan Uni Afrika hari Senin (20/6).
Banyak negara Afrika mempunyai hubungan sejarah dengan Rusia dan menolak untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Dalam pidatonya kepada Uni Afrika itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuduh Rusia menyandera Afrika dengan tidak mengizinkan ekspor gandum Ukraina mencapai benua itu, kecuali kalau sanksi Barat dicabut.
Zelenskyy yang berbicara melalui konferensi video, juga mengingatkan para pemimpin UA tentang sejarah Afrika yang dijajah dan mengatakan benua itu jangan sekali-sekali mendukung upaya apa pun oleh suatu negara untuk menjajah negara lain.
Abdi Rashid adalah Kepala analis Tanduk Afrika untuk Sahan Research, sebuah grup peneliti yang berpusat di Nairobi. Ia mengatakan, sementara banyak orang Afrika menyatakan dukungannya kepada Rusia karena bantuan Uni Soviet terhadap gerakan pembebasan melawan kekuatan kolonial dan apartheid, Rusia telah berubah.
“Dan saya pikir orang Afrika mungkin belum memahami kenyataan Rusia modern. Jadi kita perlu memodernisasi pandangan kita tentang Rusia dan memahami bahwa kini Rusia pada dasarnya adalah kekuatan imperialis yang melemah dan ingin memperoleh kembali pengaruh dan supremasi yang dimilikinya,” ujar Rashid.
Setelah berpidato, ketua Komisi Uni Afrika, Moussa Fakit Mahamat mencuit, Uni Afrika “menegaskan kembali posisinya tentang kebutuhan mendesak untuk berdialog guna mengakhiri konflik (di Ukraina) untuk memungkinkan perdamaian kawasan dan memulihkan stabilitas dunia.”[voa]