Kisah Pewayangan dalam Ukir Tulang ala Wayan Diksa

TRANSINDONESIA.CO I I Wayan Diksa lahir 40 tahun lalu di Banjar Manik Tawang, Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar, Bali, sejak kecil sudah terbiasa dengan hidup dan kehidupan seni budaya. Adat istiadat Bali begitu kental mengalir dalam diri Wayan Diksa. Ia hidup sebagai seniman ukir tulang.

Karyanya, detail dengan gaya Bali. Ia mengekspresikan banyak kisah dari ceritera Ramayana. Wayan jika sudah bekerja dari pagi hingga petang tak bosan bosannya terus menggerakkan mesin bornya. Imajinasi bentuk yang akan diukirnya dilakukan dengan spontan. Jarang Wayan membuat sketsa. Ia seakan sudah memiliki imaji akan seperti apa nantinya.

Wayan Diksa pertama kali belajar seni ukir tulang pada Wayan jiwe yang merupakan pamannya. Ia selama satu tahun (1996). Ia selanjutnya mengembangkan sendiri dan sekolah di SMIKN3 SUKAWATI.

Cerita Ramayana yang secara klasik ia tekuni  pada tahun 2000 mulai ia kembangkan dalam konsep modern. Elaborasi antara tradisi dan modern membuat semakin hidup kisah kisah pewayangan dalam ujian Wayan Diksa. Ia mengembangkan seni ukir tulang bersama temannya Made Cueng, Sang Made, Made Mangkok, Ngurah Rai dan masih banyak lagi. Wayan mengerjakan banyak model patung pewayangan, ia juga membuat ukiran untuk pegangan keris(handle  keris), hingga piercing ia kerjakan.

Dalam dunia ukir tulang kadang mengalami kesulitan bahan bakunya. Wayan pun membuat dari kayu dan tanduk rusa, bahkan batu. Karyanya sudah menyebar ke berbagai daerah bahkan ke manca negara. Wayan terus saja berkarya membuat apa saja yang ia bisa lakukan. Wayan banyak teman seniman lukis patung ukir. Ia bersama dengan Sang Made, Made Cueng dan Ngurah Rai bekerja di Pekan baru.

Wayan banyak membantu kegiatan kegiatan sosial di Banjarnya. Ia juga aktif dalam perayaan perayaan keagamaan. Seniman seniman patung dan ukir yang ia kenal baik seperti almarhum I Wayan Lentor, I Made Modern, I Ketut Nongos. Wayan juga mengenal keluarga pematung Tjokot dari desa Jati seperti I Wayan Pondal, I Made Rudane (Unyil), dsb.*

Alunan Kutut Manggung 060821
Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment