Gaspol Jangan Kasih Kendor

TRANSINDONESIA.CO | Walau hati berontak sedih mendemgar kabar dukacita di mana mana namun pikiran dan jiwa tak boleh diam. Kekuatan pikiran dan jiwa menjadi pikar tetap waras menghasilkan karya. Apa saja bisa menjadi catatan di masa duka lara. Karya menjadi pengiring doa bagi jiwa jiwa yang telang berpulang. Yang masih tersisa dari karya ini menjadi tanda cinta tanda sukacita tanda bagi penghormatan yang telah tiada.

Saya menjadi teringat pesan guru saya Profesor Parsudi Suparlan, beliau mengatakan: “for the dead and the living we must bear witness“.

Kepada yang telah meninggal dan yang masih hidup kita menjadi saksi. Saksi kebenaran, kata beliau. Kita manusia wajib menjadi saksi peradaban bahwa manusia pernah ada dan akan tetap ada. Di masa pandemi ini tentu karya akan menjadi saksi. Menjadi catatan bagi hidup dan kehidupan bagi manusia. Sekecil apapun karya akan menjadi saksi bahwa mausia hidup di masa pandemi penuh dengan perjuangan untuk bertahan hidup tumbuh dan berkembang.

Raung sirine ambulan berganti gantian tanda ada kegawat daruratan. Entah masih bisa bertahan atau berpulang. Jiwa manusia bukan sebatas angka di situ ada orang orang yg mencintainya. Seringkali angka pada kurva menjadi tanda keberhasilan menekan. Keberhasilan mengendalikan. Lupa di situ ada duka air mata keiklasan dan banyak lagi rasa yang teraduk aduk di dalamnya.

Bagi yang melihat seringkali malah mencibir menghina bahkan menyepelekan dan menganggap biasa. Manusia kejam dan biadab sering lupa ia punya jiwa yang bisa merana. Kebanggaan menghujat menghakimi menyalah nyalhkan mengeluh baper menjadi budak kebencian. Sebel memang tatkala melihat mulut kata dan ucapannya hanya sumpah serapah.

Karya karya bagi jiwa jiwa yang tiada dan berjuang untuk hidup menjadi doa. Tanda keabadian dalam ritual peradaban. Tak dirasa memang bagi kaum pecundang karena jiwa otak dan hatinya tak melihat harapan.

Seni tak bisa di lockdown. Di manapun kapanpun siapapun bs melakukan tinggal mau apa tidak. “Gaspol jangan kasih kendor” seakan lebay dan lip service belaka, namun sebenarnya ini dorongan jiwa untuk semangat berkarya memberi tanda dan saksi bagi jiwa yang telah tiada dan yang masih tersisa hidup di dunia.*

Senja Sumeng 110721
Chryshnanda Dwilaksana

Share