Ujian Kesenangan atau Kebaikan

“Ya Allah tolong maafkan saya terlambat shalat, karena masih ingin menawar ponsel terbaru”

TRANSINDONESIA.CO – Saudaraku. Ujian hidup adalah sesuatu yang mesti dijalani. Tidak seorang pun yang tidak melewati ujian hidup. Sebagaimana orang sekolah pasti akan diuji sedangkan yang tidak diuji itu yang tidak sekolah Ujian hidup sama sekali tidak berbahaya, bahkan ujian hidup merupakan bagian nikmat dari Allah SWT.

Seperti sakit, ditipu atau pun bangkrut tidaklah berbahaya. Yang berbahaya adalah salah menyikapi ujian tersebut. Jadi, jangan pernah takut terhadap ujian hidup, tapi takutlah salah dalam menyikapinya. “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.”

(QS. al-Anbiya’ [21]: 35)

Nah, selama ini kita sering menganggap kalau ujian yang sukar dihadapi itu adalah ujian yang susah, sulit maupun menyakitkan. Misalnya sulit jodoh. Padahal ujian yang tidak enak itu, banyak yang berhasil mengemasnya sehingga lebih mudah mendekat kepada Allah dibanding ujian yang enak atau senang.

Kita jarang menganggap naik pangkat sebagai ujian. Kita sulit mengakui kalau bisa membeli mobil anak wisuda jadi sarjana, sampai diberi wajah rupawan sebagai ujian Tapi, kita lebih sering menganggap ujian itu misalnya punya hidung pesek. Padahal yang berhidung mancung itu sebetulnya ujian yang lebih berat.

Coba kita bayangkan saat kepepet. Misalkan jika kita tidak memiliki uang untuk ongkos anak yang mau berangkat sekolah. Ketika berdoa, maka tidak kata-katanya saja yang khusyuk, tapi helaan nafasnya juga dalam “Ya Allah, ampun. Tolonglah kami ya Allah. Astaghfirullah Bahkan bisa disertai tangisan. Kita bakal lebih ingat kepada Allah

Tapi berbeda dengan saat banyak uang. “Ya Allah tolong maafkan saya terlambat shalat, karena masih ingin menawar ponsel terbaru.” Kalimatnya sudah berbeda, nadanya mulai penuh nafsu, dan bisa jadi sambil tersenyum sendiri. Bahkan yang lebih mungkin lagi kita perbuat adalah sama sekali tidak menyebut Allah, yang telah menakdirkan kita memiliki uang banyak saat itu

Nah, saudaraku. Dari contoh tersebut kita bisa mencermati bahwa ketika banyak uang ternyata lebih melalaikan daripada saat kepepet. Padahal yang berbahaya dalam menghadapi ujian itu adalah yang membuat kita semakin lupa dan lalai kepada Allah. Ujian kesenangan itulah yang berbahaya.

Oleh sebab itu, mari kita perbanyak beristighfar dan bertafakur. Misalnya, “Ya Allah, Engkau takdirkan sekarang saya hafal 29 juz. Padahal Engkau tahu saya tidak mengerti bahasa Arab. Saya hanya hafal, belum bisa mengartikan, apalagi mengamalkannya. Ya Allah, Engkau melihat orang-orang mengagumi suara saya, padahal suara ini ciptaan-Mu. Ampunilah saya, ya Allah. Semakin hari orang-orang makin mengundang saya untuk menjadi imam salat. Padahal Engkau tahu salat saya tidak khusyuk. Astaghfirullah, tolonglah saya, ya Allah.”

Atau, “Ya Allah, Engkau takdirkan hamba sekarang berceramah di radio didengar begitu banyak orang, dan mulai pula diundang. Padahal Engkau lebih mengetahui ilmu hamba-Mu ini sebatas apa, dan amalan hamba yang sering tidak sesuai dengan apa yang diceramahkan Engkau mengetahui setiap lirikan mata, kebusukan hati dan ibadah hamba seperi apa. Ampunilah hamba, ya Allah. Tolonglah, ya Allah. Jangan sampai hamba tertipu dalam menghadapi ujian ini. Astaghfirullah.”

Saudaraku. Seharusnya ketika diberi ujian kesenangan, kita bisa merunduk beristighfar dan menangis. Kalau mungkin kesenangan atau kebaikan itu ditambah oleh Allah, maka kita seharusnya makin terus merunduk dan menangis. Karena semua kesenangan itu hanyalah titipan, serta cobaan dan amanah yang harus dipertanggungjawabkan.

Jangan sampai kita lupa, apalagi tidak mau mengakui suatu kesenangan atau kebaikan sebagai ujian. Padahal ujian kesenangan inilah yang lebih berat, serta lebih menjerumuskan dan menjauhkan kita dari Allah. Apa pun bentuk ujian kesenangan yang diberikan Allah, di setiap episode hidup kita, itu suka-suka Allah. Yang penting kita mempersiapkan diri menghadapinya.

Sumber : Buku Ikhtiar Meraih Rihda Allah #2 karya Aa Gym

KH. Abdullah Gymnastiar

Share
Leave a comment