Seni Seniman dan Kegiatan Berkesenian di Era Digital

TRANSINDONESIA.CO – Di era digital sesuatu yang virtual akan ada benturan atau gesekan bahkan mendominasi sesuatu yang aktual. Tentu saja dpat menggerus menggeser atas sesuatu yang manual konvensional dan parsial. Hal tersebut termasuk di bidang seni. Perkembangan seni di era digital mendorong seni di era digital (digital art)?.

Photoshop misalnya menggeser seni realis hiper realis surealis, dsb. Di era digital media menjadi jembatan bahkan wadah baru panggung bahkan pasar sesuatu secara virtual kegiatan berkesenian. Secara personal masing dapat menumbuh kembangkan dalam berbagai program antara lain; galeri, market hingga museum bisa dilakukan lebih efektif dan efisien. Walaupun ada perbedaan pandangan atas kegiatan berkesenian secara virtual.

Digital art merupakan keniscayaan seperti pameran secara virtual atau membangun market place yang didukung dalam sistem jejaring sosial. Berkesenian di era digital yang bisa kita tampilkan  antara lain;

1. Spirit atau konsep kita berkesenian
2. Menunjukkan proses perjalanan panjang kesenian kita
3. Parade karya
4. Pemaknaan atas karya bisa saling mengkuratori
5. Marketing melalui sistem on line melalui berbagai media yang ada
6. Membangun cibuburan sebagai market place atau wadah bagi galeri seni atau pasar seni virtual
7. Konsisten dan komitmen dalam kepedulian membangun seni budaya indonesia

Konteks di atas bisa dikaitkan dengan seni seni lainnya atau dengan konsep konsep kebudayaan lain sehingga ide atau gagasan hingga pemaknaan karya mampu menunjukkan sesuatu yang baru.

Spirit berkesenian yang menjadi legend antara lain;

1. Menginspirasi dan mampu memberi warna atau memotivasi yang berdampak luas
2. Karya original atau kreatif dengan berbagai media atau elaborasi antara tangible dan yang untangible
3. Dinamis/senantiasa ada hal baru dan kebaruan bisa berbasis dari yang klasik hingga kontemporer
4. Para pelaku seni/senimannya memiliki komitmen integritas dan konsistensi
5. Karya berkualitas unggul atau prima
6. Menjadi alkemis (standar dan kiblat atau acuan)

Pameran merupakan salah satu bentuk pembangunan karakter (brand) seniman dan jejaring termasuk marketing. Bisa juga ajang panggung bertemu kepada publik. Pameran juga sebagai bagian dari dialog dan marketing. Walaupun marketing sebenarnya bukan jualan sesuatu yg bendawi atau tangible tetapi juga yang untangible. Harapannya para seniman mampu menunjukkan positioning deferential dan brand nya yang mampu mensosialisasikan atau menjual konsep dan karyanya sekaligus.

Seniman dalam berkesenian perlu energi untuk bertahan hidup tumbuh dan berkembang scr kasar dapat dikatakan butuh uang. Walaupun uang bukan di atas segala-galanya. Energi ini yang juga dipersiapkan bersama sama dan menjadi kekuatan dasar seni dan berkesenian walaupun harus dilandasi kecintaan dan kebanggaan.

Ada yang berpendapat bahwa seniman ya berkarya bukan memarketkan atau masuk ranah marketing. Bisa saja demikian, walaupun marketing memang bukan ranah seniman namun sebenarnya seniman harus mampu membangun marketnya karena untuk mendapatkan energi bagi seni dan berkeseniannya. Bagi bertahan hidup tumbuh dan berkembang. Seniman dan kegiatan berkesenian kadang dibiarkan hidup sendiri tidak boleh mati tetapi hidup juga jangan. Untuk menolong diri kita tidak ada yang menolong. Di sini kita bisa membangun dan memberdayakan berbagai sumber daya dengan inovasi dan kreativitasnya.

Karya seni harus juga sampai di semua lini tidak sebatas para penguasa atau pengusaha. Ini ranah menuju industrialisasi seni dan mengembangkan digital art. Seni yang mampu merambah ke semua lini bisa saja menjadi atau dijadikan sebagai bagian dari industri. Sistem ini sebenarnya juga untuk memberdayakan atau menggandeng sektor bisnis maupun dari berbagai pihak untuk mengeluarkan CSR nya bagi pencerdasan atau turut berkeseniannya warga masyarakat.

Model virtual sangat efektif dan efisien bagi seni seniman dan kegiatan berkesenian tatkala jejaring mampu terhubung ke semua jalur. Memang seniman dan cara berkeseniannya harus berpikir cepat dan kreatif tidak monoton karena seni juga harus dinamis menjadi sesuatu menuju pembangunan yang dapat memasuki ranah standar menjadi legend.**

Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment