Spirit AI-Wahhab: Keikhlasan dalam Beramal

TRANSINDONESIA.CO – Sahabatku, keikhlasan beramal adalah wujud dari peneladanan kita terhadap Allah Al-Wahhab. Kita memberi, berkorban, dan apapun amal kebaikan yang kita lakukan, tujuannya bukan apa-apa dan bukan siapa siapa, kecuali untuk mengharap ridha Allah semata.

Namun, boleh jadi kita bertanya, “Apa itu ikhlas dan di manakah dia berada?” Sesungguhnya, ikhlas berada pada niat di hati. Dia adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, siap-siaplah untuk membuang waktu, tenaga, dan harta dengan tiada arti. Dari sini saja kita sudah bisa melihat bahwa keikhlasan hati benar-benar sangat penting. Dia akan membuat hidup ini sangat mudah, indah, dan jauh lebih bermakna.

Apakah ikhlas itu? Orang ikhlas adalah dia yang tidak menyertakan kepentingan pribadi atau imbalan duniawi dari apa yang dapat dilakukannya. Konsentrasi orang ikhlas hanya satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah Ta’ala. Iadi ketika dia sedang memasukan uang ke dalam kotak infaq, fokus pikirannya kita tidak ke kiri dan ke kanan, akan tetapi terfokus kepada bagaimana agar uang yang dinafkahkan itu diterima di sisi Allah.

Apapun yang dilakukan kalau konsentrasi kita hanya kepada Allah, itulah ikhlas. Hal ini sebagaimana oleh Ali bin Abi Thalib ra. bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima oleh Allah. Seorang pembicara yang tulus tidak perlu merekayasa kata-kata agar penuh pesona, tetapi dia akan mengupayakan agar setiap kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata yang disukai Allah dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, selebihnya terserah Allah. Kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allahlah yang kuasa menghujamkannya kepada setiap qalbu.

Oleh karena itu, kita jangan sampai terjebak oleh aneka rekayasa Allah sama sekali tidak membutuhkan rekayasa apapun dari manusia. Allah Maha Tahu segala lintasan hati, Maha Tahu segalanya! Makin bening, makin bersih, semuanya semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah yang akan menolong segalanya.

Buah apa yang didapati dari seorang hamba yang ikhlas itu? Orang yang ikhlas, sebagai hasil dari meneladani sifat Al-Wahhab, akan mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Betapa tidak, Allah Ta’ala akan menganugerahkan enam keutamaan kepadanya.

1. Jarang kecewa terhadap dunia. Orang ikhlas tidak mengharapkan apapun dan dari siapapun. Kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, akan tetapi dari mempersembahkan. Sebaliknya, orang yang tidak ikhlas akan banyak kecewa dalam hidup, karena banyak berharap dari makhluk.

2. Tidak pusing dengan penghargaan manusia. Baginya orang ikhlas dipuji atau dicaci sama saja, asalkan apa yang dia lakukan benar caranya dan lurus niatnya.

3. Tidak membeda-bedakan amal besar dan amal kecil. Orang ikhlas tidak sibuk melihat besar kecilnya amal. Dia hanya sibuk dengan apa yang disukai Allah. Tidak ada yang kecil di hadapan Allah. Yang kecil hanyalah amal yang tidak ikhlas.

4. Merasakan kenikmatan saat berbuat amal. Kebahagiaan yang didapat bukan dari mendapatkan pujian akan tetapi dari optimalnya amal. Oleh karena itu, orang ikhlas akan tangguh dan istiqomah dalam ibadah.

5. Tidak menonjolkan “bendera”. Orang ikhlas tidak berjuang untuk satu kelompok tertentu. Dia berjuang hanya untuk Islam. Kelompok atau bendera hanyalah sarana dan alat untuk mencapai tujuan.

6. Tidak akan tertipu oleh setan. Allah Ta’ala mengabadikan ucapan iblis yang diabadikan dalam Al-Quran. “… pasti aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya, kecuali hamba-hambaMu yang ikhlas.” (QS. Al-Hijr, 15:39-40)

Sahabat, betapa hebatnya anugerah yang diberikan Allah Azza wa Jalla kepada hamba-hamba-Nya yang ikhlas. Anugerah ini sangat khusus, dia tidak diberikan kepada siapapun di dunia ini, kecuali kepada mereka.

Orang yang ikhlas adalah dia yang memiliki kekuatan. Dia tidak akan kalah oleh aneka macam selera rendah, yaitu rindu pujian dan penghargaan. Inilah wujud dari peneladanan terhadap Allah Al-Wahhab.

(sumber : Buku Asmaul Husna, Untuk Hidup Penuh Makna karya KH Abdullah Gymnastiar)

Share
Leave a comment