Semakin Banyak Aktivis Prodemokrasi Ditangkap di Thailand

TRANSINDONESIA.CO – Polisi Thailand melanjutkan usaha mereka menumpas gerakan protes yang dipimpin mahasiswa di negara itu, Rabu (26/8), dengan menangkap dua aktivis lagi. Mereka, Tattep Ruangprapaikitseree dan James Panumas Singprom, ditangkap atas tuduhan memicu pemberontakan dan melakukan sejumlah pelanggaran ringan lainnya.

Tattep dan James adalah anggota gerakan Pemuda Merdeka, yang menjadi inti koalisi prodemokrasi yang kian berkembang di negara itu. Koalisi itu menuntut pemilu baru, perubahan konstitusi dan penghentian tindakan semena-mena terhadap para pengkritik pemerintah.

Dengan ditangkapnya mereka, kini sudah 13 aktivis dikenai tuduhan terkait protes-protes yang terjadi baru-baru ini. Semua yang sebelumnya ditangkap kini telah dibebaskan dengan jaminan.

Penangkapan-penangkapan itu tidak menciutkan nyali para aktivis. Beberapa di antara mereka bahkan kembali melangsungkan protes meski persyaratan bebas dengan jaminan memungkinkan mereka ditangkap kembali. Mereka juga menyatakan akan kembali melangsungkan demonstrasi besar pada September mendatang jika tuntutan-tuntutan mereka belum dipenuhi.

Para aktivis meyakini, pemerintahan Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha berkuasa secara ilegal karena dibentuk berdasarkan undang-undang yang dibuat rezim militer yang melakukan kudeta pada 2014 terhadap pemerintahan yang terpilih secara demokratis.

Prayuth, yang menjabat panglima militer waktu itu, memimpin kudeta tersebut dan menjadi perdana menteri dalam rezim militer. Ia kembali menjadi perdana menteri tahun lalu melalui pemilu yang dicurigai kuat telah direkayasa untuk memastikan kemenangan partainya.

Gerakan protes antipemerintah menyebar cepat di Thailand, umumnya di kalangan pelajar, dan bahkan pada tingkat SMA. Unjuk dukungan, seperti acungan tiga jari pada pertemuan-pertemuan, di sekolah-sekolah elite, telah membuat cemas para pemimpin konservatif negara itu. [ab/uh]

Sumber : Voaindonesia

Share