Bermimpilah Bisa Berbagi
TRANSINDONESIA.CO – Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Setiap hari dua malaikat turun kepada seorang hamba, salah satunya berdoa, ‘Ya Allah berikanlah ganti kepada orang yang berinfak,’ dan yang lain berdoa ‘Ya Allah hilangkan harta orang yang menolak berinfak.” (HR. Muttafaq’alaih).
Demikian, saudaraku. Saya kira cukup jelas apa yang tertera dalam hadis tersebut. Karena itu, mohon maaf kalau telah berulang kali dan tak bosan dikemukakan, bahwa tidak penting jadi orang kaya. Terus terang saya heran, mengapa kita masih juga sering berteriak, bercita cita atau bermimpi harus kaya.
Kita mau hidup bahagia, tapi malah bermimpi jadi kaya, yang berarti mengumpulkan. Padahal, yang didoakan malaikat dan disukai oleh Allah adalah orang Yang gemar berbagi. Mengapa kita tidak bermimpi untuk berbagi? Bukankah bahagia itu milik Allah?
Jadi, kalau kita mau hidup bahagia, bermimpilah bisa berbagi. Bukan bermimpi jadi kaya. Kalau mau bahagia, tidak perlu lagi beralasan,”Saya menunggu kaya dahulu baru berbagi.”Anggaplah saudara memang ditakdirkan kaya. Tapi adakah jaminan kalau saudara pasti akan berbagi ketika kaya nanti?
Kurang lebih begitu kebiasaan buruk kita. Melamun saja sudah pelit. Apalagi kalau pegang uang betulan. Misalnya di kantong ada selembar uang 50 ribu dan lima lembar seribuan. Lalu datang kesempatan bersedekah. Yang dipikirkan biasanya,” 50 ribu kebanyakan, kalau uang seribuan nanti buat ongkos angkot. Ah, besok sajalah sedekahnya, nunggu kaya.” Ternyata besoknya malah sudah habis dan malah utang.
Ayolah! Mari bermimpi berbagi! Bermimpilah bisa memberi beras kepada tetangga yang tak punya. Membelikan baju atau mukena untuk santri. Kalau ada sanak saudara dan teman yang jauh, kita cari tahu apa yang kira-kira bisa kita bantu.
Atau, misalkan kita tertarik pada sepotong baju di sebuah toko, harganya 100 ribu, dan kita mampu membelinya. Maka pikirkanlah bagaimana caranya kita mengusahakan uang 100 ribu lagi, untuk membeli atau memberikan kepada orang lain yang tidak mampu. Kita nikmati buat diri sendiri, dan orang lain pun mendapat nikmat. Rezekinya berkah.
Tidak akan miskin. Bagaimana mungkin kita yang suka berbagi dan disukai Allah, kemudian Allah menjadi pelit kepada kita? Mustahil! Yang membuat kita pelit dan takut jatuh miskin itu karena kita kurang iman,
Kalau kita sudah benar-benar yakin bahwa semua yang ada ini milik dan titipan Allah, dan Allah Maha Melihat, Maha Menyaksikan dan Maha Sempurna balasan-Nya, maka kita pasti akan langsung dan selalu berbagi tanpa menimbang lagi.
Oleh sebab itu, kita mulai merencanakan berbagi. Misalnya setiap bulan memperoleh uang 100 ribu, niat dan beranikan diri memotongnya lima persen atau lima ribu untuk berbagi. Nanti lihat, kita jadi miskin atau tidak. Kalau tidak jatuh miskin, bulan depan kita naikkan lagi 10%.
Nah, saudaraku. Untuk mewujudkan mimpi berbagi itu, sejak sekarang mari mulai dari hal-hal yang kecil. Seperti kalau kita punya makanan, jangan dimakan sendiri. Atau, kalau kita belanja di sebuah warung, dan kita mengetahui harga barang yang dibeli lebih mahal seribu atau dua ribu dibanding warung lain, maka tidak usah menawar lagi maupun mengghibah pemilik warungnya di sepanjang jalan pulang.
Kita latihan berbagi dengan sengaja mencari warung yang bukan karena terkenal murah dan laris, tapi warung yang sepi pembeli atau penjualnya sudah sepuh.
Ayo kita belajar berbagi dengan tidak menawar kalau hanya terpaut seribu atau dua ribuan. Jangan pelit! Mereka semua saudara kita juga. Sama-sama hamba Allah. Mungkin ada yang sedang butuh untuk menyekolahkan anaknya, membeli obat untuk orangtuanya yang sedang sakit, menabung bagi biaya ke Mekah, atau sedang dicari cari pemilik kontrakan.
Jangan takut uang kita habis, karena dari dulu juga sering habis. Buktinya sekarang masih hidup, dan kita makan hari ini juga tidak menggunakan uang hadiah khitan belasan atau puluhan tahun yang lalu. Rezeki kita nanti ada lagi, dan pasti ada lagi.**
KH. Abdullah Gymnastiar