F I T R A H

TRANSINDONESIA.CO – Fitrah dalam wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas berasal dari kata al fathr dalam bahasa Arab yang artinya membuka/menguak/belahan. Dari makna ini lahir makna makna lain seperti penciptaan dan kejadian. Jadi, Fitrah sendiri bermakna/mempunyai makna asal kejadian, keadaan suci, dan kembali ke-asal.

Dalam Islam terdapat konsep bahwa setiap orang dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), tidak memiliki dosa apapun, jadi bila seseorang yang kembali pada fitrahnya berarti mencari makna, dan mencari kesucian dari keyakinannya yang asli sebagaimana pada saat ia dilahirkan. Dalam Agama Islam sesuai dengan fitrah manusia, inilah yang dibutuhkan dalam moral Islam.

Fitrah adalah sesuatu yang netral pada jiwa dan tidak terikat serta tidak terpasung oleh keinginan dan keperluan duniawi dan berlapang dada serta jiwa yang tenteram dan tenang. Jadi Fitrah hanya punya satu tujuan yaitu selalu ingin kembali pada Tuhan penciptanya, jiwa yang tidak terikat dengan harta benda duniawi dan yang meninggalkan penyakit jiwa” (iri, dengki, kecemburuan sosial, hasut, sombong, riya’, pelit)

Allah SWT berfirman dalam QS Ar Rum [30] ayat 30, yang artinya; Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Islam). (Sesuai) Fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti”

Fitrah Allah maksudnya ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama Tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama Tauhid, maka hal itu tidak wajar.

Dalam Fitrah ini, Allah SWT berfirman (QS Al-A’raf [7] ayat 172)

وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَاۛ اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini

(Menurut Tafsir Kemenag RI)

Dalam ayat ini Allah menerangkan tentang janji yang dibuat pada waktu manusia dilahirkan dari rahim orang tua (ibu) mereka, secara turun temurun, yakni Allah menciptakan manusia atas dasar fitrah. Allah menyuruh roh mereka untuk menyaksikan susunan kejadian diri mereka yang membuktikan keesaan-Nya, keajaiban proses penciptaan dari setetes air mani hingga menjadi manusia bertubuh sempurna, dan mempunyai daya tanggap indra, dengan urat nadi dan sistem urat syaraf yang mengagumkan, dan sebagainya.

Berkata Allah kepada roh manusia “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Maka menjawab lah roh manusia, “Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami telah menyaksikan.” Jawaban ini merupakan pengakuan roh pribadi manusia sejak awal kejadiannya akan adanya Allah Yang Maha Esa, yang tiada Tuhan lain yang patut disembah kecuali Dia.

Dengan ayat ini Allah bermaksud untuk menjelaskan kepada manusia, bahwa hakikat kejadian manusia itu didasari atas kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa. Sejak manusia itu dilahirkan dari rahim orang tua mereka, ia sudah menyaksikan tanda-tanda keesaan Allah pada kejadian mereka sendiri,

Allah berfirman pada ayat lain:

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًا فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ

Maka hadapkan lah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah*) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (ar-Rum [30]: 30)

[Fitrah Allah maksudnya adalah Ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Tauhid, kalau ada manusia tidak beragama Tauhid maka hal itu tidaklah wajar]

Fitrah Allah maksudnya ialah tauhid. Rasulullah bersabda:
“Tak seorang pun yang dilahirkan kecuali menurut fitrah, kedua orang tuanya lah yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani atau Majusi. Sebagaimana halnya hewan melahirkan anaknya yang sempurna telinganya, adakah kamu ketahui ada cacat pada anak hewan itu?” (Riwayat Bukhari Muslim, dari Abu Hurairah)

Rasulullah dalam hadis Qudsi:
Berfirman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Aku ciptakan hamba-Ku cenderung (ke agama tauhid). Kemudian datang kepada mereka setan-setan dan memalingkan mereka dari agama (tauhid) mereka, maka haram lah atas mereka segala sesuatu yang telah Kuhalalkan bagi mereka.” (Riwayat Bukhari dari Iyadh bin Himar)

Penolakan terhadap ajaran Tauhid yang dibawa Nabi itu sebenarnya perbuatan yang berlawanan dengan fitrah manusia dan dengan suara hati nurani mereka. Karena itu tidaklah benar manusia pada hari Kiamat nanti mengajukan alasan bahwa mereka alpa, tak pernah diingatkan untuk mengesakan Allah. Fitrah mereka sendiri dan ajaran Nabi-nabi senantiasa mengingatkan mereka untuk mengesakan Allah dan menaati seruan Rasul serta menjauhkan diri dari syirik.

Penulis: Hartoyo (Mahasiswa Lembaga Study Ulumul Quran- LSUQ Bandung)

***) Diambil dan disadur dari berbagai sumber:
(Al Quran Al Bayan, Al Quran Mapping dan Wikipedia bahasa Indonesia)

Share