Kembalinya Kumandang Azan di Masjid Jamia Kashmir

TRANSINDONESIA.CO – Masjid utama Kashmir, Masjid Jamia, dibuka kembali untuk aktivitas ibadah bagi umat Muslim, Rabu (18/12). Pembukaan ini dilakukan untuk pertama kalinya sejak status otonomi Kashmir dicabut

Dilansir di Deccan Herald, Kamis (19/12), Kashmir Srinagar merupakan daerah di mana Masjid Jamia berada. Wilayah tersebut dikenal sebagai wilayah sensitif antara Muslim dengan Hindu. Namun, usai pembukaan kembali, Masjid Jamia mampu menarik ribuan jamaah meski ritual peribadahan sering diikuti oleh protes massa.

Penduduk setempat percaya penutupan masjid abad ke-13 itu adalah yang terpanjang sejak Kashmir terpecah dari India dengan Pakistan pada 1947 setelah kemerdekaan dari Inggris. Dibukanya kembali masjid tersebut membuat sejumlah warga Muslim senang sekaligus terkejut.

“Saya sedang duduk di rumah ketika saya mendengar azan (panggilan untuk shalat) datang dari Masjid Jamia. Saya tidak bisa mempercayai telinga saya dan datang berlari untuk shalat di sini untuk pertama kalinya dalam 4,5 bulan,” kata salah seorang warga, Mohamad Iqbal (55 tahun).

Iqbal mengungkapkan perasaannya saat masjid tersebut dibuka untuk beribadah. Meski mengaku bahagia, ia masih sedikit kecewa sebab konflik sosial di Kashmir belum reda.

“Tidak diragukan lagi kebahagiaanku tidak mengenal batas hari ini, tetapi hal yang paling menyedihkan adalah perselisihan Kashmir belum terselesaikan,” ujarnya.

Sekitar 70 jamaah mengikuti shalat berjamaah yang dipimpin oleh Mufti Ghulam Rasool. Usai shalat ashar, di dalam masjid yang luas itu, sang Mufti melantunkan doa kepada seluruh orang Muslim.

Pemimpin ulama dan pemimpin separatis berpengaruh Mirwaiz Umar Farooq, sebelumnya menyampaikan khutbah dan pesan politik di masjid setiap Jumat. Dia berada di antara ribuan orang, termasuk para pemimpin separatis yang menentang kekuasaan India.

Mirwaiz ditahan pihak berwenang India. Jamaah di masjid itu mengatakan mereka khawatir tempat itu tidak akan dibuka untuk shalat Jumat. Masjid-masjid dan tempat-tempat suci lainnya di Kashmir India yang berpenduduk mayoritas Muslim telah menghadapi pembatasan serupa pada waktu yang berbeda pada pertemuan besar selama penutupan.[ROL]

Share