74 Tahun HUT Kemerdekaan Bangsa Indonesia

TRANSINDONESIA.CO – Alhamdulillah 74 tahun bangsa Indonesia terbebas dari penjajahan militer setelah berhasil mengusir Kumpeni Belanda yang menjajah 350 tahun. 74 tahun adalah usia yang cukup dewasa bagi ukuran sebuah bangsa.

Thailan yang dulu belajar tentang pengelolaan pertanian sekarang sudah menyatakan diri menjadi “Dapurnya Dunia”. Malaysia pada tahun 70 an mendatangkan guru-guru dari Indonesia saat ini tingkat pendidikanya jauh melewati Indonesia. Bahkan rumah sakit di Malaysia menjadi rujukan orang-orang berduit Indonesia untuk berobat.

Di usia ke 74 tahun ini Bangsa Indonesia masih belum padai berhitung, jumlah penduduk yang terus bertambah tidak diimbangi dengan produksi pangan yang cukup. Jumlah areal persawahan tidak bertambah bahkan terus berkurang karena berubah menjadi areal pabrok atau perumahan.

Di usia ke 74 tahun ini Bangsa ku belum mampu mempraktekan ilmu biologinya. Jagung, kedela, daging sapii kita masih import. Sebuah negri yang katanya paling subur dimana ‘tongkat dan kayu jadi tanaman’, faktanya sampai dengan hari ini kita masih menjadi bangsa yang mengimpor pangan.

Di usia ke 74 tahun ini bangsaku juga masih belum bisa mengimplementasikan ilmu fisika, sumber daya matahari yang melimpah ruah masih belum dimaanfaatkan menjadi sumber energy listrik. Ratusan sungai yang mengalir masih belum menjadi pembangkit listrik tenaga air. Pasokan energy kita masih dari bahan bakar fosil.

Di usia 74 tahun ini masih belum bisa mengimplementasikan pelajaran Moral Pancasila, bangsaku masih egois dan individualis. Tumpukan sampah di sungai-sungai makin hari makin menggunung, tawuran pelajar semakin memprihatinkan. Tingkat kejahatan dan kekerasan terus meningkat. Sungguh berkebalikan dengan jiwa moral Pancasila.

Di usia 74 tahun ini bangsaku masih belum menjadi bangsa yang ilmiah, pola hidup tidak sehat dengan jajanan yang penuh racun menjadi pemandangan sehari-hari. Pola hidup besar pasak daripada tiang sudah turun menurun berlangsung.

Melimpahnya kelapa, singkong dan pisang belum mampu menjadi penggerak ekonomi pedesaan. Tingkat urbanisasi dari desa ke kota terus meningkat, semangat lebih baik jadi buruh pabrik dari pada jadi petani telah mewabah di seantero negri ini.

Di usia 74 tahun ini bangsaku masih belum bisa mempraktekan ilmu pelajaran agamanya, dimana-mana didapati wajah-wajah yang murung, stress dan marah.

Bangsaku masih belum bisa bersyukur, bangsaku masih belum bisa bersedekah dengan luar biasa. Kegagalan cara bersyukur inilah yang menyebabkan nikmat Alloh tidak bertambah, apalagi banyak dari bangsaku yang justru menyalahkan keadaan dirinya sebagai sebuah ketetapan takdir tanpa mau intropeksi dan melakukan peningkatan kualitas hidup.

Di usia 74 tahun ini bangsaku masih belum memiliki budaya akademik, semua persoalan masih diselesiakan secara otot. Siapa yang kuat dan berkuasa dialah yang menang. Padahal semua ini akan merusak tatanan berbangsa dan bernegara. Manakala sebuah permasalahan hokum bisa diatur atur oelh uang dan kekuasaan, maka carut marutlah bangsaku.

Di usia 74 tahun ini semangat juang bangsaku hampir sirna, team kesebelasan PSSI belum pernah menjuarai piala dunia. Bahkan kabar terbaru PERSIB akan mendatangkan pemain dari belanda Kevin Van Kippersluis harga pasaran Van Kippersluis ditaksir mencapai 350.000 euro (sekitar Rp5,7 miliar). Dia akan menjadi pemain termahal kedua setelah Ezechiel N’Douassel yang berharga 550.000 euro (sekitar Rp8,8 miliar).  Bahkan saat ini pemerintah sedang menggalakan import rector dari luar negri.

Usia 74 tahun Bangsaku masih dengan kebiasaanya, setelah upacara bendera melakukan lomba panjat pinang, lomba menyanyi, makan krupuk, balap karung dan mungkin lomba memasak. Bangsaku terlalu tinggi tingkat kebahagiaanya dan tak terpengaruh oleh ketertinggalanya bahkan oleh bangsa yang dulu belajar dari Indonesia.

Dirgahayu 74 NKRI

 

[Dr.Daduk Merdika Mansur,ST,MM – Praktisi Pendidikan dan Konsultan Manajemen]

Share