Ulama Jakarta Deklarasi Damai Pasca Pembakaran Bendera Tauhid

Jakarta harus kondusif, meski tersinggung, tapi kita serahkan kepada aparat penegak hukum

Deklarasi dan Sarasehan Ulama se DKI Jakarta, Rabu 24 Oktober 2018.[COK]
TRANSINDONESIA.CO | JAKARTA – Terkait insiden pembakaran bendera tauhid di Kabupaten Garut, Jawa Barat, dipastikan tidak berimbas ke Jakarta.

Menyikapi situasi terkini di wilayah DKI Jalarta, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta mengadakan Deklarasi dan Sarasehan Ulama-Umara se-DKI Jakarta, guna terciptanya Jakarta yang damai.

Deklarasi tersebut menyatakan, pertama mendukung sikap dan pernyataan MUI Pusat tentang Kasus Limbangan, Garut. Kedua, mendukung dan mempercayakan sepenuhnya kepada aparat Kepolisian untuk mengusut tuntas kasus Limbangan Garut hingga ke akar permasalahannya secara transparan dan berkeadilan.

Terakhir, deklarasi tersebut meminta kepada elemen masyarakat untuk menahan diri dan menjaga situasi Jakarta tetap kondusif dan damai.

Pernyataan sikap tersebut ditandatangani oleh Abdul Majid Ketua FPI Jakarta, M. Asyik Noor Bakesbangpol DKI Jakarta, Kombes Pol Sambodo Purnomo Dirbinmas Polda Metro Jaya, Letkol Inf Abdul Qohar Wakabintaldam Jaya, Ma’mun Al-Ayyubi DMI Jakarta, Idrus Balafif dari Al Washliyah, Salim Thohir dari Mathlaul Anwar, Ponco Budiman dari LDII Jakarta, Amri Syarif dari MUI Jakarta Utara, Yusuf KS dari Dewan Da’wah, Andi Harmaini dari PD Perti, Nawawi Hanan dari MUI Jakarta Selatan, Jusuf Anwar dari NU Jakarta, Robi Nurhadi dari Al Wathoniyah Al Hamidiyah dan Mohammad Nasiruddin dari PUI Jakarta.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta KH Munahar Muchtar menyampaikan dalam rangka menyikapi situasi dan kondisi terkini guna terciptanya Jakarta yang damai, terkait insiden pembakaran bendera tauhid di Garut tidak berimbas ke Jakarta.

“Kami harap agar Jakarta ini kondusif, tenang, jangan sampai dimasuki orang yang tidak bertanggungjawab. Oleh karena itu, kondisi yang aman seperti sekarang ini, terus selamanya. Salah satunya kerjasama antara ulama dan umara,” ujar Munahar di Jakarta, Rabu 23 Oktober 2018.

Salah satu cara untuk menjaga Jakarta kondusif adalah dengan menggandeng ormas-ormas Islam di ibu kota agar tak ada satupun yang terpancing.

Pihaknya langsung mengadakan ikrar bersama sekaligus penandatanganan Deklarasi Damai dengan semua lapisan kelompok Islam.

Acara ini dihadiri Perwakilan Polda Metro Jaya, Kodam Jaya termasuk semua ormas Islam seperti FPI, Muhammadiyah, dan NU.

“Tapi ya sudah lah, ini sudah ditangani oleh pihak kepolisian, kemudian juga dari MUI menyatakan sikap. Jadi Jakarta harus kondusif, meski tersinggung, tapi kita serahkan kepada aparat penegak hukum,” kata Munahar.

Munahar melanjutkan, Ormas, Polri , TNI dan Pemprov di Jakarta berharap harus bersatu dan tak ada yang mengeluarkan pernyataan yang cenderung menyudutkan.

“Pernyataan oleh MUI pusat hingga semua ormas siap mendukung. Kami serahkan kepada penyidik Kepolisian agar kasus ini diselesaikan secara prefesional sehingga warga juga jangan terprovokasi,” paparnya.

Selanjutnya, Ketua FPI perwakilan DKI Jakarta Ki Buya Abdul Majid yang mengatasnamakan perwakilan dari para ulama dalam sambutannya mengatakan, dalam rangka menjaga umat kita harapkan semua elemen bisa menyatu.

“Pertemuan ini tujuannya, menyikapi situasi dan kondisi negara yang berkembang di negara kita tetang lambang tauhid yang dibakar,” ungkap Buya Abdul Majid.

“Atas kejadian itu, saya mengutuk keras, tapi demikian kedepan kita serahkan kepada aparat keamanan, agar terjadi kepercayaan antara ulama dan penegak keamanan. Saya meminta sekali lagi, kepada ormas-ormas yang hadir, kita tenang agar tidak terjadi adu domba diantara kita,” harap Buya Abdul Majid.

Sebelumnya, pada Perayaan Hari Santri Nasional (HSN) ke-3 di Limbangan Garut, Jawa Barat tercoreng aksi oknum anggota Banser membakar bendera bertuliskan kalimat “Laa Ilaaha Illa Allah” di lapangan Alun-alun Limbangan. Aksi tersebut viral di media sosial dengan durasi 2,04 menit.[COK/TRS]

Share
Leave a comment