Dari Masjid Azizi Tanjungpura [1]: Kota dan Hukum yang (Tak) Rabun Jauh Sejarah

TRANSINDONESIA.CO – Sahabat saya, Zulfikar Ramly, advokat yang berdomisili di Bali memberi kabar sempat melancong ke Tanjungpura, hari lebaran 1438 lalu. Dia sukaria mengirimkan foto-fotonya di depan masjid Azizi, yang tampak tegak megah, tabah sebagai saksi sejarah mewartakan kejayaan negeri Melayu Langkat, era masjid itu dibangun.

Akankah itu hanya kabar situs masjid cantik yang bersejarah?  Tentu tidak. Tegaknya masjid megah, besar dan indah itu  mentransmisikan  betapa kuatnya  pengaruh gagasan dan budaya pemikiran pun demikian ikhwal tegaknya syariat Islam yang inheren pada negeri Melayu Langkat, dengan  Tanjungpura sebagai ibukotanya.

Dengan berkendaraan mobil dari Medan ke arah Aceh, pas kilometer 60, sekitar  2 jam pelancongan dari kota Medan, anda menemui kota dengan Masjid Azizi sebagai ikon. Masjis Azizi  itu  bangunan paling besar, paling megah dan paling indah di Tanjungpura.  Tak ada yang boleh melebihi Masjid Azizi, kiranya begitu kaidah yang diikuti.

Masjid Azizi Tanjungpura

Singgah sekejap di sana, sempatkan melepas pandangan menikmati inci demi inci seni bangunan berselera tinggi  dengan arsitektur bercorak campuran Timur Tengah, Persia dan India dengan banyak kubah, yang besar dan kecil, berikut sebuah menara menjulang di sudut kanan-depan.

Colo-lah serambi dan terasnya berpilar-pilar dengan lengkungan khas Timur Tengah dihias dengan kaligrafi, bentuk bentuk geometris dan ukiran bunga-bunga.  Memelototi Masjid Azizi anda pasti takjub pada  indah dan megah masjid yang didirikan Sultan Tengku Abdul Azizi Abdul Djalil Rahmat Syah (1897-19 27 M).  Letak Masjid Azizi seluas 18.000 M2 yang  berjarak sekitar 200 meter dari (dulu) istana Sulthan Langkat, yakni Istana Kota Baru dan Istana Darul Aman. Hanya  sekitar 50 meter dari Madrasah Maslurah dan Madrasah Aziziah yang merupakan sekolah.

Sempurna dengan gaya arsitektur selera seni tinggi yang menjadi ikon tata kota negeri melayu kala itu.  Masjid Zahir di negeri Kedah Malaysia penguasa di sana menduplikasi  masjid Azizi ini, yang menjadi fakta ada “hubungan internasional”  Sulthan Langkat dengan Sulthan Kedah.  “Dari Masjid Azizi, begitu besar sejarah Melayu dan Islam”, tutur Zulfikar Ramly yang pernah bersekolah di Tanjungpura.

Sempatkan menerobos ke pekarangan bagian sisi belakang, ada kampus maktab “puteh” Jamaiyah Mahmudiyah yang tak kalah megah, yang dihubungkan jalan beton yang lumayan lebar di kiri kanannya, juga bagian belakang terhampar pemukiman warga.  Kawan saya Erwin Fadli Mukhtar dan Syarifah Adlina Kamil, masa kecil samai remaja pernah tinggal di kawasan lingkar satu masjid itu, suara ebang  panggilan sholat nyaring terdengar sampai ke bilik-bilik warga. Disebut maktab “puteh” karena bangunnya dicat putih (‘puteh’) bersih.  Selain maktab Jamaiyah Mahmudiyah, pernah dibangun madrasah Maslurah (1912) dan madrasah Aziziah (1914).

Masjid Azizi dan maktab “puteh” mengonfirmasi ikhwal pertemalian  masjid dan kampus. Bukan  hanya itu sebab Tanjungpura pernah  dielukan sebagai kota pendidikan, namun kuatnya gagasan yang menjalin pendidikan dan agama Islam yang tak berbeda inti orientasi.

Dari kampus Jamaiyah itu telah mencetak jamak  tokoh nasional diantaranya penyair Tengku Amir Hamzah, mantan Wakil Presiden Adam Malik, pendiri ICMI Bang Imaduddin “Bang Imad” Abdul Rahim,  ahli fiqih Abdullahsyah.  Sejarawan Ichwan Azhari menyebut Jamaiyah Mahmudiyah yang didirikan tahun 1912, sepuluh tahun sebelum Taman Siswa berdiri (1922),  lebih hebat dari sekolah Belanda dan sekolah misionaris Jerman.

Dalam memoar tentang Adam Malik yang pernah bersekolah di sini, Jama’iyah Mahmudiyah termasuk lembaga yang mempunyai bangunan bagus dan modern menurut ukuran zaman, tulis Ichwan Azhari.  Pendirian maktab dengan nama lengkap Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah (“Perkumpulan Terpuji Untuk Mendapatkan Kebajikan”)  itu   mendapatkan peresmian dari Sultan Langkat dengan  SK (Besluit) No. 102 tahun 1912 dan bertanggal 31 Desember 1912 atau pada tanggal 22 Muharam 1330 H, yang dibentuk hsil kesepakatan Sulthan dengan alim ulama Langkat yang menggelar mufakat di masjid Azizi (Fahruddin Ray, dkk, Sejarah Jamaiyah Mahmudiyah Li Thalabil Khairiyah, 1994).

[Muhammad Joni – Ketua Masyarakat Konstitusi Indonesia (MKI), Sekretaris Umum Housing and Urban Development (HUD) Institute,  Managing Partner Law Office Joni & Tanamas]

Share