Geladi Evakuasi Selamatkan Warga Kerinci

TRANSINDONESIA.CO – Curah hujan tinggi dalam beberapa hari dan kondisi topografi memicu longsor di Desa Batu Hampar, Kayu Aro Barat, Kerinci, Jambi, Jumat 6 Januari 2017, dini hari, warga melakukan evakuasi ketika suara gemuruh mulai terdengar.

Kesiapsiagaan warga setempat terbentuk karena mereka telah melakukan geladi evakuasi. Geladi evakuasi ini sebagai bagian dari sistem peringatan dini longsor atau landslide early warning system (LEWS) bekerja dengan baik.

Warga yang berada di wilayah bukit terselamatkan oleh pengalaman geladi dan terbentuknya tim siaga bencana.

Longsor.[DOK]
Longsor.[DOK]
 “Warga melakukan simulasi (sebanyak) 2 kali awal bulan tahun lalu,” kata Sugiman, Kepala Desa Batu Hampar, Jumat 6 Januari 2017.

Longsor menimbun dua rumah yang dihuni 7 jiwa, namun tidak ada korban jiwa. Sebanyak 21 rumah mengalami retak.

Sebanyak 87 KK mengungsi pascalongsor. Dampak lain, alat LEWS yang dipasang oleh tim Universitas Gadjah Mada (UGM) roboh akibat longsor. Saat kejadian, alat tidak berfungsi secara baik.

“Karena hujan tiga hari berturut-turut, baterai tidak berfungsi. Alat tidak berbunyi tetapi hanya lampu peringatan yang bekerja,” lanjut Sugiman.

Sugiman mengatakan bahwa tim UGM telah dihubungi dan telah merespon laporan insiden. Tim akan menuju lokasi insiden dan mengganti alat yang roboh akibat longsor serta pengecekan alat.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat yang dibantu oleh Tim Siaga Bencana, TNI dan relawan telah mengungsikan masyarakat terdampak. BPBD juga masih melakukan pendataan di lapangan. Tim Siaga Bencana adalah bagian dari sistem peringatan dini tanah longsor yang dikembangkan oleh UGM.

LEWS berbeda dengan sistem yang ada di negara maju. Sistem ini sangat cocok dan spesifik untuk negara berkembang. LEWS tidak hanya bermuatan sistem teknis, berupa instrumen tetapi juga terintegrasi dengan sistem sosial. Komponen masyarakat sebagai responden utama pada saat bencana yang terkoneksi ke organisasi yang lebih tinggi. Kekuatan tertinggi ada di masyarakat desa.

November 2015 lalu, alat dari LEWS ini juga telah menyelamatkan 100 keluarga di Desa Neuhun, Masjid Raya, Aceh Besar, Aceh. Desa ini merupakan wilayah relokasi korban tsunami 2004 yang berlokasi di lahan bekas bukit yang dipotong untuk pemukiman.

Pada 2016 BNPB telah memasang 17 LEWS di beberapa daerah, seperti di Kabupaten Kerinci, Purworejo, Maluku Tengah, Sikka, dan Manokwari.

Saat ini, BNPB, BSN dan UGM mendorong upaya pengakuan internasional LEWS untuk mendapatkan sertifikasi ISO dengan judul Security and Resilience Community-Based (ISO/TC 292).

Kelebihan sistem ini karena memiliki 7 sub-sistem. Ketujuh sub-sistem tersebut meliputi (1) analisis risiko; (2) desiminasi dan komunikasi; (3) pembentukan tim siaga bencana; (4) pembuatan panduan operasional evakuasi; (5) penyusunan peta dan rute evakuasi; (6) pemantauan, peringatan dini dan geladi evakuasi; (7) membangun komitmen otoritas lokal dan masyarakat dalam pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem.[REL]

Share