Waspadai Angin Kencang Disebagian Indonesia Sampai 24 Desember
TRANSINDONESIA.CO – Sebagian besar Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) dilanda angin kencang sejak Senin 19 Desember 2016.
Dampak angin kencang tersebut diantaranya robohnya baliho atau papan reklame, pohon tumbang dan bangunan non permanen serta semi permanen di beberapa wilayah Yogyakarta.
Indikasi potensi angin kencang diprediksi terjadi sampai 24 Desember 2016 terutama di Bengkulu, Jabodetabek, Jawa Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, NTB, dan NTT.
Hasil catatan dan pengukuran kecepatan angin di beberapa unit pelaksana teknis Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (UPT BMKG) di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara berkisar antara 30 hingga 55 kilometer per jam. Angin yang bergerak dari arah barat daya ke barat laut termasuk kategori angin segar (moderate breeze) hingga angin ribut (near gale).
Kepala Bagian Humas BMKG Harry Tirto Djatmiko mengatakan terjadinya kondisi cuaca tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, adanya daerah sirkulasi pusaran angin (pusat tekanan rendah) di Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa Timur dan perairan Laut Timor serta pola sirkulasi angin tertutup di sekitar perairan Utara Papua.
“Hal ini mempengaruhi pola cuaca di wilayah Indonesia yang mengakibatkan terbentuknya daerah belokan, perlambatan dan pertemuan (konvergensi) angin di sekitar wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Laut Timor, Maluku Utara dan Papua Barat bagian utara,” ujarnya, Rabu 21 Desember 2016.
Kedua, adanya aliran atau dorongan massa udara dingin dan kering dari belahan bumi utara (BBU) yang terpantau mulai masuk menuju ke wilayah Filipina dan sekitar Teluk Kamboja serta Indonesia sebelah utara khatulistiwa. Serta adanya aliran atau dorongan massa udara dingin dan kering dari belahan bumi selatan (BBS) terpantau masuk ke wilayah Samudera Hindia sebelah barat daya Sumatra dan selatan Jawa, serta perairan utara Australia dan Teluk Carpentaria. Kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya potensi hujan di wilayah yang dilewatinya.
Ketiga, massa udara basah diindikasikan oleh tingginya kelembaban udara (70 hingga 80 persen). Baik pada ketinggian 1500 meter, 3000 meter, maupun 5000 meter yang terkonsentrasi di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Papua. Hal ini mendukung proses konveksi dalam skala lokal sehingga juga turut mendukung pembentukan dan pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia. Kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Dia menyebut potensi hujan intensitas lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang juga diprediksi sampai 24 Desember 2016. Terutama di Aceh, Kepulauan Riau, Bengkulu, Sumatra Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua.
“Dengan potensi curah hujan tinggi pada periode bulanan, maka indikasi potensi hujan lebat dan angin kencang yang berskala harian dapat dimungkinkan akan meningkatkan bencana hidrometeorologi,” kata Harry.[ROL]