Pameran Lukisan Bersama “Padamu Negeri” Bangkitkan Perubahan Bangsa

TRANSINDONESIA.CO – Praktisi hukum Achmad Rifai menafsirkan gambaran seniman melalui lukisan bertema “Padamu Negeri” suatu realita kerinduan pada Indonesia dengan kehidupan bangsa yang banyak tidak menunjukan keadilan dan moral-moral bangsa.

Hal itu diungkapkan Achmad Rifai saat membuka pameran lukisan bersama “Padamu Negeri” dalam memperingati Hari Anak Nasional dan menyongsong Proklamsi Kemerdekaan Indonesia ke-71 di Gedung Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, Selasa (9/8/2016) malam.

Menurutnya, tema “Padamu Negeri” ini merupakan titik balik dan motivasi Indonesia dalam perubahan suatu bangsa.

“Untuk melakukan perubahan harus memiliki keberanian. Kalau tidak punya keberanian melakukan perubahan dan fenomena yang tidak punya keberanian maka tidak pernah terjadi perubahan,” katanya dihadapan para pelaku dan tokoh-tokoh seniman.

Achamd Rifai (kiri) dan pelukis Chryshnanda Dwilaksana (kanan) pada pembukaan pameran lukisan bersama “Padamu Negeri” di TIM, Selasa (9/8/2016).[Imh]
Achamd Rifai (kiri) dan pelukis Chryshnanda Dwilaksana (kanan) pada pembukaan pameran lukisan bersama “Padamu Negeri” di TIM, Selasa (9/8/2016).[Imh]
Pameran lukisan bersama yang menampilkan 40 karya pelukis sebagai wakil bangsa yakni, Afriani, Chryshnanda Dwilaksana, Eko Banding, masPadhik, Vukar Lodak dan  Wahyu Oesman, berlangsung hingga 19 Agustus 2016 mendatang.

Lebih lanjut dikatakan Achmad Rifai, bila bangsa Indonesia tidak berani melakukan perubahan maka tidak akan pernah terjadi perubahan yang diinginkan rakyat.

Banyak kririk sosial dan kepentingan pribadi yang dibungkus politik, harus punya keberanian dan anak muda dituntut memiliki keberanian untuk melakukan perubahan.

“Dinamika perubahan sudah lama dilakukan tapi tanpa keberanian tidak mungkin bisa terjadi,” katanya.

Rasanya mustahil dapat menyangkal bahwa sebenarnya proses terbentuknya negara dan bangsa semenjak awal sudah dibayang-bayangi oleh proses terbentuknya sebuah keluarga.

Dimana saat ini persoalan-persoalan sosial diungguh dan dipertontonkan kedalam ruang publik yang dapat dengan mudah diakses oleh siapa saja termasuk anak-anak.

Achamd Rifai mengamati dengan seksama pamerana lukisan bersama “Padamu Negeri” di TIM, Selasa (9/8/2016).[Imh]
Achamd Rifai mengamati dengan seksama pamerana lukisan bersama “Padamu Negeri” di TIM, Selasa (9/8/2016).[Imh]
“Bangga saya dapat membuka pameran lukisan bersam ini yang didedikasikan bagi preservasi terhadap anak-anak negeri masa depan merupakan bentuk dan kekhawatiran dan kepedulian seniman terhadap imaji hari depan anak-anak Indonesia sebagai tanggjung jawab kita,” katanya

Acara yang seyogyanya dibuka bersama Yusril Ihza Mahendra, namun berhalangan datang itu diisi dengan puisi oleh Asrizal Nur dan musik Limo Scence Band.

Sementara pelukis yang juga perwira Polri, Kombes Pol Chryshnanda Dwilaksana, yang memamerkan 9 lukisan lewat media akriliknya menceritakan “keruwetan” budaya bangsa di ero globalisasi ini.

“Semuanay ruwet, jadi lukisan yang ditampilkan Ngawur,” kata Chryshnanda ditemui saat pembukaan pameran lukisan tersebut.

“Ngawur” dimaksudkan Chryshnanda, adalah ngawur yang bertata dan bersusun tapi beroretan “ngawur” pada lukisannya namun memiliki makna dalam pada budaya bangsa Indonesia.

Betapa tidak, tiga judul lukisan yang diberi nama “Maha Karya Anak Bangsa”, kemudian “Kejayaan Tak Lekang Waktu (Penambangan), Kali Mendunia (Borobudur kecil), Bangkit Kembali (komplek Candi Sewu yang agak biru), Maha Karya Yang Dilupakan, Masa Depan Gemilang (relief), Cahayanya Maha Karya (borobudur)”, itu menceritakan keutuhan budaya bangsa dulu dan masa akan datang.

Chryshnanda Dwilaksana (tengah) bersama pelaku seni lukis pada pembukaan pamerana lukisan bersama “Padamu Negeri” di TIM, Selasa (9/8/2016).[Imh]
Chryshnanda Dwilaksana (tengah) bersama pelaku seni lukis pada pembukaan pamerana lukisan bersama “Padamu Negeri” di TIM, Selasa (9/8/2016).[Imh]
Pameran lukisan “Padamu Negeri” ini juga akan diisi dengan diskusi “Seni sebagai refleksi kehidupan” pada 13 19 Agustus 2016 salah satu pemberi materi adalah Chryshnanda.

Sebelumnya, Achmad Rifai yang dikenal berprofesi sebagai pengacara itu berulang kali mentaap dan terpukau dengan lukisan berjudul “Ratu Adil” karya masPadhik.

Dimana lukisan tersebut memperlihatkan “Ratu Adil” dengan pedang kekuasaannya ditangan dan timbangan di kepalanya berhadap dengan seorang bocah kecil telanjang di ujung kakinya.[Imh]

Share
Leave a comment