DBD Merebak di Yogyakarta

TRANSINDONESIA.CO – Jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Yogyakarta hingga akhir catur wulan pertama 2016 cukup mengkhawatirkan. Angka penderitanya sudah mencapai 453 penderita.

“Jumlah kasus hingga akhir April sudah cukup tinggi atau hampir separuh dari kasus tahun sebelumnya sekitar 950 kasus. Ini harus menjadi perhatian bersama agar kasus DB tidak semakin tinggi,” kata Kabid Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudiria Amelia di Yogyakarta, Jumat (13/5/2016).

Menurut dia, Kota Yogyakarta sudah menjadi wilayah endemis demam berdarah karena terjadi kasus demam berdarah di seluruh kelurahan di kota tersebut, 45 kelurahan. Minimal, terjadi tiga kasus di kelurahan dan paling banyak 19 kasus di empat kelurahan. Sedangkan kasus kematian akibat penyakit tersebut tercatat empat kasus dengan korban anak-anak di bawah 14 tahun.

Ilustrasi
Ilustrasi

Pada tahun lalu, masih ada dua kelurahan yang sempat terbebas dari kasus demam berdarah yaitu Kotabaru dan Purwokinanti hingga pertengahan tahun. Namun pada tahun ini, kasus demam berdarah sudah terjadi di seluruh kelurahan sejak awal tahun.

Berdasarkan penyelidikan epidemiologi, Yudiria mengatakan petugas selalu menemukan jentik, khususnya di wilayah tempat tinggal penduduk yang menderita demam berdarah. “Perlu digalakkan kembali juru pemantau jentik di masing-masing rumah. Beberapa lokasi yang kerap digunakan sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk adalah di tatakan dispenser air minum dan di kamar mandi,” katanya.

Selain itu, lanjut dia, rumah-rumah kosong dan tempat kos juga perlu terus dipantau agar terbebas dari jentik nyamuk. Yudiria mengingatkan warga untuk segera membawa anggota keluarganya ke fasilitas kesehatan terdekat apabila mengalami demam dan menghitung waktu demam dengan tepat agar dokter bisa memberikan hasil pemeriksaan secara tepat.

“Dari kasus kematian yang terjadi, diketahui pasien terlambat dibawa berobat. Padahal Kota Yogyakarta memiliki 18 puskesmas. Ada ada jaminan kesehatan yang bisa digunakan asalkan warga tersebut memiliki KTP Kota Yogyakarta,” katanya.

Ia pun meminta masyarakat untuk tetap menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk. Karena penyakit demam berdarah diperkirakan kembali meningkat menjelang akhir tahun.

Sementara itu, Perwakilan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kota Yogyakarta Mei Neni Sitaresmi mengatakan, pemahaman masyarakat mengenai demam berdarah dan penanganannya masih rendah. “Perlu ada tindakan proaktif untuk meningkatkan kesadaran terhadap penanggulangan dan pencegahan demam berdarah,” katanya.

Sedangkan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Yogyakarta Tri Kirana Muslidatun mengatakan, selain meningkatkan pemantauan jentik di rumah, pemantauan jentik juga perlu dilakukan di sekolah.

“Beberapa waktu lalu, di salah satu SD terdapat 30 anak yang menderita DB dalam waktu satu bulan. Oleh karena itu, sekolah juga harus memiliki juru pemantau jentik,” katanya.[Ant/Ats]

Share