Saudi Fokus Haji dan Umroh untuk Pendapatan Negara

TRANSINDONESIA.CO – Arab Saudi akan memperkuat sektor jasa Haji dan Umrah sebagai bagian dari pendapatan dalam mengurangi ketergantungan pada minyak.

Para analis menekankan bahwa haji dan umrah adalah sumber pendapatan kedua setelah minyak dan gas.

Ekonom berpendapat bahwa Haji dan Umroh sebagai sektor yang penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja bagi warga Saudi untuk laki-laki maupun perempuan.

Jamaah Umrah.[Dok]
Jamaah Umrah.[Dok]
Sebagaimana diketahui, sektor parawisata telah menyumbang PDB Saudi sebesar Sr,85 miliar dan lebih dari setengahnya didapat dari Haji dan Umroh yaitu Sr. 45 miliar.

Dengan selesainya proyek ekpansi di dua Mesjid Makkah dan Madinah diharapkan pendapatan dari sektor ini dua kali lipat dari sebelumnya.

Arab Saudi saat ini menerima hampir dua juta peziarah haji dari luar negeri per tahun. Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 2,7 juta pada tahun 2020.

Sementara enam juta jemaah umroh telah berkunjung ke Arab Saudi dalam sembilan bulan terakhir di tahun ini. Angka ini masih sedikit dibandingkan kemampuan kerajaan dalam menerima kedatangan jemaah umroh.

Dalam rentang waktu singkat, sektor parawisata telah mampu menciptakan 100.000.lapangan kerja bagi warga Saudi.

Pendapatan dari parawisata, umroh dan haji diperkirakan akan tumbuh dengan menghasilkan Sr.35,-miliar selama lima tahun kedepan.

Abdul Ghani Al-Anshari, anggota Komite Pariwisata Nasional, menekankan perlunya untuk merestrukturisasi sektor ini agar dapat menunjang pertumbuhan perekonomian nasional

“Ada sejumlah 49 perusahaan Saudi yang berlisensi untuk menyediakan layanan Umrah. dan jumlah yang sama dari perusahaan jasa haji selain 3.000 agen-agen asing. Jumlah peziarah yang datang untuk haji dan umrah diperkirakan antara 7.300.000-7.500.000,dan telah berkontribusi SR57 miliar terhadap PDB. Angka ini cenderung meningkat di tahun-tahun mendatang,” ujarnya.

“Kapasitas dari hostel dan apartemen di Makkah dan Madinah tidak sepenuhnya dimanfaatkan karena kurangnya perencanaan yang baik,” kata Al-Anshari kepada Okaz .

Makkah sekarang dapat menampung 12 juta jamaah sementara Madinah hanya dapat menampung 230.000 pengunjung. “Ini menunjukkan ada kesenjangan besar ketika kita membandingkan dua kota suci,” jelasnya.

Ansari menyarankan pendirian pusat kajian untuk membahas pendapatan yang dihasilkan dari haji dan umrah.

Dan juga mendesak pemerintah untuk meningkatkan jumlah perusahaan jasa Umrah ke lebih dari 100 agar dapat melayani lebih banyak peziarah dari seluruh dunia.

diharapkan Kementerian Haji dapat memenuhi anggaran tahunannya sendiri tanpa perlu bergantung pada dana pemerintah.

Ekonom Abdullah Katib memperkirakan pendapatan tahunan dari musim haji di SR20-23 miliar atas dasar jumlah haji, yang telah jatuh selama lima tahun terakhir sebagai akibat dari ekspansi bekerja di Masjidil Haram di Makkah.

“Sekitar 40 persen dari pendapatan ini berasal dari perumahan, 15 persen dari hadiah, 10 persen dari makanan dan sisanya dari layanan lain, ” kata Katib.

“Sebagai hasil dari proyek ekspansi yang sedang berjalan , jumlah haji dan umrah diperkirakan akan meningkat paling tidak kurang dari 30 persen selama lima tahun ke depan .hal Ini membutuhkan pembangunan hotel dan unit rumah . jika ini dilaksanakan sektor perumahan saja dapat menghasilkan SR9-12 miliar pada periode yang sama,” jelasnya.(Okz/Fen)

Share