TRANSINDONESIA.CO – Keluhan, kekawatiran, dan keputusasaan sering muncul dalam perbincangan dikalangan bawah hingga atas tatkala melihat kondisi sosial, ekonomi, politik yang tidak kunjung berubah secara signifikan.
Menyedihkan memang, harapan menjadi sebuah pepesan kosong, angan menjadi cita di ruang hampa. Hingga akhirnya pasrah dan dengan sedikit harapan Tuhan berpihak kepada kaum lemah dan susah, dengan turunya Satria Piningit.
Satria Piningit bukanlah dewa atau malaikat yang dijatuhkan dari surga ke atas dunia. Bukan pula sebagai keajaiban yang serba instan. Satria Piningit akan muncul dari kalangan manusia kebanyakan yang sadar dan peduli akan penderitaan dan kesengsaraan banyak orang.
![Ilustrasi](http://transindonesia.co/wp-content/uploads/2016/03/satria-piningit.jpg)
Sadar dan pedulinya itu yang menjadikan spirit untuk berani berkomitmen terhadap dirinya untuk menyiapkan diri atau setidaknya hanyut dalam dunia yang serba carut marut sarat dengan KKN.
Satria Piningit adalah lahirnya pemimpin yang waras dan cerdas. Waras artinya memahami apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya serta penuh kesadran untuk menjalankannya. Cerdas bermakna visioner, mampu memperbaiki kesalahan di masa lalu, siap di masa kini dan mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik.
Disinilah pentingnya pabrik-pabrik pemimpin atau pencetak pemimpin dengan penuh kesadaran tanggung jawab menyiapkan pemimpin-pemimpin yang waras dan cerdas.[CDL-06032016]
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana