Pemimpin: Seribu Kewenangan Membangun atau Merusak Peradaban?

TRANSINDONESIA.CO – Seribu (sewu) menunjukkan banyak dan ada sesuatu yang istimewa. Lawang Sewu, Candi Sewu, kaki seribu, tarian thousand hans dan lainnya, walaupun faktanya tidak ada seribu namun dengan istilah seribu menganalogikan kebesaran dan kekuasan yang luar biasa.

Pemimpin disemua lini memiliki kewenangan dan kekuasaan yang luar biasa dibidang (levelnya), namun sering tidak dimanfaatkan semaksimal untuk memberikan yang terbaik atau  menunjukkan keunggulannya.

Bisa dibanyangkan jika para pemimpin disemua lini memiliki spirit sewu, seribu (thousand) akan menghasilkan suatu produk unggulan dan menjadi kekuatan luar biasa yang tidak tertandingi.

Ilustrasi
Ilustrasi

Sebaliknya dari harapan yang menjadi kenyataan spirit seribu/sewu/thousand tadi justru bukan untuk membangun melainkan untuk mengeruk sumber-sumber daya yang ada untuk kepentingan pribadi dan kroninya.

Kekuatan dan kekuasaan malah digunakan untuk membusukan dari dalam. Kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki adalah amanah rakyat.

Tatkala Harapan tidak sesuai dengan kenyataan  rakyat selalu dikorbankan dan dijadikan sai perahan maka rakyat bisa mengambil paksa apa yang sudah diberikan tadi.

Apa yang dilakukan ini malah menjadi suatu chaos, bukan bagi kebenaran melainkan adu kekuatan. Masyarakat tanpa ada aturan, siapa kuat siapa menang. Dalam masyarakat yang tanpa aturan akan menjadi kebiadaban dan runtuhnya peradaban.

Apakah pemimpin yang tidak mampu menggunakaan kewenanganya bagi kemaslahatan banyak orang juga bagian dari perusakan peradaban?

Ya memang demikian karena telah menimbulkan ketidakpercayaan. Sehingga apapun yang menjadi kebijakan, keputusan sudah aturannya akan diabaikan dan adu kekuatan yang akan ditonjolkan. [CDL-29022016]

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share