Selama 2015, 1.000 Warga AS Ditembak Polisi

TRANSINDONESIA.CO – Dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh media Washington Post, hampir sekira 1.000 warga sipil di seluruh Amerika Serikat (AS) telah menjadi korban penembakan fatal oleh pihak Kepolisian AS.

Menurut laporan Washington Post, sepanjang 2015 setidaknya ada sebanyak 956 warga AS yang ditembak oleh polisi, dan mayoritas di antara mereka mengalami luka yang cukup serius, bahkan beberapa ada yang ditembak hingga tewas.

Sebagaimana dilansir Sputnik, Minggu (27/12/2015), menurut laporan itu, sekira 100 dari 956 warga yang ditembak oleh polisi AS, diketahui tidak memiliki senjata apapun ketika konfrontasi berlangsung. Mereka ditembak karena terlibat konfrontasi serius dengan aparat keamanan AS itu.

Warga AS banyak yang protes atas aksi brutal petugas polisinya.(Afp)
Warga AS banyak yang protes atas aksi brutal petugas polisinya.(Afp)

Dalam studi itu juga terungkap bahwa rasisme tetap menjadi salah satu alasan utama tindakan brutal polisi AS. Tercatat, 40 persen korban dari penembakan polisi adalah laki-laki berkulit hitam yang memegang senjata, atau diyakini memiliki senjata yang membahayakan.

“Secara keseluruhan, mereka yang tewas akibat ditembak oleh polisi antara lain karena bunuh diri, memiliki masalah mental, atau menolak untuk mematuhi perintah polisi, dan terus berlari dari kejaran aparat,” demikian isi sebagian laporan tersebut.

Sepanjang 2015, kebrutalan yang ditunjukkan oleh petugas polisi memang menjadi salah satu masalah yang sangat diprotes di AS. Kebrutalan polisi AS itu memicu protes warganya di dalam negeri. Bahkan, komunitas internasional pun mempertanyakaan apakah kebijakan yang diterapkan Pemerintah AS dapat menghentikan kasus-kasus serupa, agar tak terjadi lagi di kemudian hari.

Kasus-kasus seperti penembakan di Ferguson dan Baltimore pada tahun ini memang banyak sekali menuai aksi protes dari warga AS.(Fen)

Share