
TRANSINDONESIA.CO – Apakh sesuatu yang hidup atau untuk menghidupkan sesuatu memerlukan energi? Hidup disini bukan nyawa atau yang tidak berurusan dengan keIlahian. Sesuatu yang hidup dan adanya kehidupan ditandai atau diperlukan adanya energi.
Tanpa energi sama dengan mati? Siapa yang bertanggung jwab untuk menghidupkan sesuatu? Tentu saja pemimpin, karena diberi kewenangan, kekuasaan, previlage dan sebagainya.
Salah satu standar penilaian bagi sang pemimpin dimana saja adalah yang dipimpinya hidup tumbuh dan berkembang. Energi semestinya menjadi pemikiran atau dipikirkan oleh pemimpin atau siapapun yang mengaku sebagai pemimpin.
Bukan sebaliknya, pemimpin malah menjarah dan ikut ngrayah. Itu jelas kelas mbelgedez dan pemelihara preman, karena semua daya bukan untuk membangun atau menumbuh kembangkan energi tetap malah menjarahya.
Energi bisa bervariasi, dari sumber daya manusia, energi listrik, keuangan, sumber daya alam, energi sosial, energi politik dan banyak yang lainya, sehingga hidup akan semakin hidup.
Urip Iku Urup, energi-energi yang diperlukan untuk membangun justru dijadikan lahan penjarahan. Energi bukan dijarah tetapi ditingkatkan.
Spirit pemimpin semestinya membangun energi. Energi kebutuhan dan keharusan. Pemimpin yang tidak mampu membangun energi bagi yang dipimpinnya sebenarnya bukan pemimpin. Ia hanya sekedar menjalakan perintah, tiada hidup dan kehidupan bagi yang dipimpinya.(CDL-Jkt260515)
Penulis: Chryshnanda Dwilaksana