Utamakan Prosedur Daripada Substansi

Ilustrasi
Ilustrasi

TRANSINDONESIA.CO“Kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah”. Prosedur berbelit-belit menjadi model pelayanan birokrasi yang patrimonial atau tidak rasional.

Prosedur yang panjang berliku, membosankan sengaja dibuat agar dapat ditawarkan jalan cepat atau jalur khusus yang istimewa.

Disinilah benih-benih KKN ditabur dan menjadi tumbuh subur. Apalagi dengan cara-cara yang konvensional, manual dan parsial pastilah akan semakin menggurita tentakel para preman birokrasi.

Memang disana senang disini seanag semua, yang berkepentingan ditaburi uang. Namun inti atau susbtansi maupun hakekat pelayanan akan hilang.

Para punggawa yang bertugas ditempat itu memang menjadi orang-orang kepercayaan yang akan menjaga jalur-jalur berliku pelayanan birokrasi.

Model inipun di copy paste dari kalangan lain yang buntutnya adalah “wani piro”. Semua menjadi bargaining dengan kekuasaan, uang, proyek atau berbagai janji dan kelancaran para kroni.

Prosedur telah mengikat dan mematahkan hati nurani dan mengabaikan substansi. Siapa berani mengusik maka ia akan segera tersengat dan bisa dimatikan hidup dan kehidupannya.

Para preman birokrasi memang dengan lihai menyengat siapa saja yang mengusiknya, apalagi berani merubah prosedur yang menjadi kebijakannya (diskresi birokrasi).

Hampir tidak mungkin melawan atau merubahnya, karena semua sudah terkontaminasi. Mungkin hanya ada miracle atau bencana besar yang meluluh lantakan sehingga baru sadar atau mau berubah.(CDL-Jkt170415)

Penulis: Chryshnanda Dwilaksana

Share
Leave a comment