TRANSINDONESIA.CO – Penyanderaan di Sydney yang berlangsung selama 16 jam diakhiri dengan baku tembak antara aparat keamanan dan pelaku penyanderaan. Meski telah berakhir, ada lima hal dari penyanderaan Sydney yang belum terungkap jelas.
Setidaknya ada lima hal yang masih menjadi tanda tanya bagi publik terkait kasus penyanderaan Sydney yang membawa nama Islam ini. Pertanyaan pertama yang timbul ialah tentang bagaimana sebenarnya kedua korban, yakni Katrina Dawson and Tori Johnson, tewas.
Berdasarkan laporan dari media Australia yang belum terkonfirmasi, kedua korban ini kemungkinan terbunuh karena mencoba untuk menyelamatkan para sandera lain. Australian Broadcasting Corporation (ABC) melaporkan Johnson mencoba untuk merebut senjata dari penyandera.
Sedangkan Courier MailmelaporkanDawson mencoba untuk melindungi rekannya yang tengah hamil. Terkait hal ini, polisi menolak untuk memberikan komentar dan menyatakan apa yang sebenarnya terjadi masih sedang diinvestigasi.
Hal lain yang masih menjadi pertanyaan ialah bagaimana pelaku penyanderaan tidak termonitor dengan baik sebelumnya oleh pemerintahan Australia. Perdana Menteri Australia Tony Abbott juga menyatakan hal ini dalam konferensi persnya.
Ia tak habis pikir bagaimana seseorang yang memiliki riwayat yang kurang baik tidak termasuk dalam daftar orang yang harus diawasi sehingga bisa leluasa berada di tengah masyarakat. Ia menyatakan otoritas Australia akan mencoba untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.
“(Jawabannya) dalam beberapa hari atau minggu ke depan,” terang Abbott.
Selain itu, apa yang sebenarnya ingin dicapai oleh pelaku, Man Haron Monis, dengan melakukan penyanderaan masih belum jelas. Senin (15/12/2014), media Australia menyatakan bahwa pelaku meminta sebuah bendera ISIS dan melakukan pembicaraan dengan Abbott melalui telepon.
Di hari penyanderaan, Monis juga menuliskan Tweet terakhir melalui akun Twitter pribadinya. “Jika kita diam dalam menghadapi para pelaku kriminal, kita tak akan mendapati masyarakat yang damai. Semakin anda memerangi kejahatan, semakin damai anda,” tulis Monis.
Apa yang terjadi di dalam kafe selama penyanderaan berlangsung juga belum jelas. Aparat masih enggan buka mulut selama investigasi berlangsung. Deputi Komisioner Kepolisian, Catherine Burn, menyatakan bahwa mereka tengah berbicara dengan para korban penyanderaan, akan tetapi akan membutuhkan waktu karena para korban masih mengalami trauma.
Terakhir, apa yang akan terjadi setelah peristiwa ini pun masih menjadi tanda tanya. Penyanderaan di kafe ini telah menimbulkan berbagai kekhawatiran bahwa peristiwa serupa akan terjadi kembali. Abbott menyatakan otoritas pemerintahan hanya dapat melakukan banyak tindakan pencegahan serangan tanpa adanya peringatan terlebih dahulu.(rol/fen)