TRANSINDONESIA.CO – Gempa bumi 6,2 SR di 200 km timur laut Maluku Barat Daya terjadi pada Rabu (6/8/2014) pukul 18.45 WIB, dengan pusat gempa di laut pada kedalaman 10 km.
“Tidak ada potensi tsunami. Posko BNPB telah mengkonfirmasi ke BPBD dan beberapa daerah di Kepulauan Maluku Barat Daya. Daerah di sekitar pusat gempa merupakan daerah pulau-pulau kecil seperti Pulau Wetar, Pulau Moa, Pulau Damar, Pulau Romang, Pulau Babar dan sebagainya. Di Pulau Moa, gempa dirasakan lemah oleh masyarakat dan tidak ada kerusakan bangunan. Di Maluku Tengah gempa tidak dirasakan oleh masyarakat,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya kepada Transindonesia.co, Rabu (6/8/2014) malam.
Di sekitar kepulauan Maluku Barat Daya ini sering terjadi gempa di atas 6 SR, seperti pada 1-12-2013 terjadi gempa 6,7 SR di 250 km timur laut Maluku Barat Daya.
“Wilayah ini memang memiliki aktivitas tektonik yang aktif karena adanya Sesar Naik Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari utara Pulau Alor hingga Pulau Romang. Lokasinya berada dekat palung yang merupakan daerah pertemuan subduksi Eurasia dan Hindia-Australia.” Kata Sutopo.
Aksesibilitas untuk menjangkau pulau-pulau kecil di wilayahnya ini masih sangat terbatas, apalagi jika cuaca buruk. Masyarakat tinggal di sekitar pesisir pulau-pulau kecil yang rawan gempa dan tsunami.
Kondisi demikian tentu akan sangat berpengaruh dalam penanganan bencana jika terjadi gempa besar yang merusak. Sebab struktur geologi disini pun tak kalah berbahaya dari Flores Thrust dalam “memproduksi” gempa- gempa besar dan merusak di kawasan NTT, khususnya Alor. Sebagai contoh bencana gempa bumi produk Wetar Thrust adalah gempa Alor yang terjadi 18 April 1898 dan gempa Alor, 4 Juli 1991, yang menewaskan ratusan orang.(don)