Ada Sinyal Baik Perubahan Harga Jual Gas Tangguh ke RRT

gas-tangguh-lng

TRANSINDONESIA.CO – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruiksikan kepada Menko Perekonomian Chairul Tanjung untuk melaporkan hasil negosiasi harga jual Gas Tangguh ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Regenosiasi ini penting demi keadilan, dan ada sinyal baik perubahan dari RRT.

“Kita masih berjuang dengan Tiongkok, bahwa negosiasi harga jual Gas Tangguh sungguh diperlukan untuk keadilan. Bagi pemerintah, selalu ada ruang untuk negosiasi,” kata Presiden SBY ada bagian lain pengantarnya pada rapat terbatas kabinet bidang perekonomian, di Kantor Presiden, Senin (30/6).

Menurut Presiden SBY, ada perkembangan menarik dalam proses regenosiasi dengan RRT ini. “Saya dapat good news bahwa ada perubahan yang signifikan berkaitan penjualan harga Gas Tangguh ke Tiongkok,” SBY menambahkan.

Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) tengah melakukan renegosiasi harga Gas Tangguh dengan pembeli gas yang diproduksi dari ladang Tangguh di Papua tersebut dengan pihak dari RRT. Menurut sumber dari Kementerian ESDM, ada indikasi pihak RRT bersedia membayar lebih mahal dari harga semula yang hanya 2,4 dolar AS per kubik feet.

Pemerintah Indonesia minta harga jual Gas Tangguh tersebut mendekati harga pasar, setidaknya pada kisaran 8 hingga 9 dolar AS per kubik feet. Dengan harga pada kisaran tersebut, pemerintah akan mendapat pemasukan sebesar Rp6,2 triliun.

Kontrak penjualan Gas Tangguh di Papua dengan RRT pertama kali dilakukan pada era Presiden Megawati, dengan harga 2,4 dolar AS. Harga ini dinilai para pengamat terlalu murah. Tahun 2006, pemerintah merenegosiasi harga tersebut menjadi sekitar 3,4 dolar AS dengan kesepakatan untuk meninjau kembali setiap empat tahun. Saat ini, harga gas alam cair (LNG) di pasar dunia ada pada kisaran 9-13 dolar AS per MMBTU.(pri/met)

Share