Kerusakan Lingkungan Bisa Bikin Krisis Pangan

ilustrasi-krisis-pangan Ilustrasi krisis pangan akibat kerusakan lingkungan.(ist)

 

TRANSINDONESIA.CO – Pengamat lingkungan Universitas Riau, Tengku Ariful Amri meminta agar semua pihak menjadikan Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni sebagai momentum untuk mewaspadai ancaman krisis pangan akibat kerusakan hutan dan lingkungan.

“Kedepan, kita perlu melakukan evaluasi terhadap mutu lingkungan termasuk hutan yang ada di Tanah Air khususnya di Provinsi Riau,” kata Amri kepada Antara di Pekanbaru, Riau, kemaren.

Memburuknya mutu lingkungan saat ini, kata Amri, merupakan salah satu bentuk pelanggaran yang fatal dan terus terjadi selama bertahun-tahun berupa rusaknya tata ruang lingkungan.

Hal tersebut, menurut dia, karena penataan ruang yang ada pada saat ini tidak menjamin keberlangsungan lingkungan hidup di masa depan.

“Kalau ada pihak yang bertanya apa yang sangat terganggu dalam tatanan tata ruang itu, maka jawabannya adalah tidak adanya keseimbangan terhadap aspek vegetasi dan tatanan hidrologi,” katanya.

Oleh sebab itu, kata Amri, gangguan semacam itu akan menimbulkan berbagai hal negatif di masa yang akan datang.

“Yang pertama adalah krisis air bersih, krisis pangan dan perubahan iklim yang akan mengganggu keberlangsungan kehidupan semua komponen lingkungan, baik yang bersifat biotik maupun anbiotik,” katanya.

Ia menjelaskan biotik menyangkut flora, fauna dan manusia yang memang hidupnya tergantung kepada lingkungan. Sementara anbiotik menyangkut air, udara, tanah, temperatur, kelembaban dan cahaya.

Menurut dia, dua hal itu saja sudah sangat mengganggu terhadap kehidupan umat manusia dan jika terganggu maka sulit untuk menciptakan kehidupan yang harmonis antara manusia dengan lingkungannya.

Nantinya ketika alam sudah mulai mengalami krisis ekosistem, kata Amri, maka semua pihak akan mengeluarkan biaya yang besar untuk menjawab atau menyelesaikan tantangan tersebut.

“Akibat rusaknya tata hidrologi adalah krisis energi padahal pasokan energi listrik yang ada saat ini banyak bersumber dari tenaga air dan diesel,” katanya.

Ia menegaskan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2014 perlu dijadikan sebagai momentum untuk bersama-sama memperbaiki lingkungan dan hutan.

“Ketegasan sanksi hukum kepada pelaku perusak lingkungan dan hutan harus dilakukan untuk memberikan efek jera,” kata Amri.(ant/ful)

Share