Pancasila, Ideologi Negara Mulai Terlupakan

pancasila-ideologi-negara

TRANSINDONESIA.CO – Pancasila seolah-olah mulai terlupakan sebagai sebuah ideologi negara. Pemerintah dan seluruh pihak diharapkan mengembalikan Pancasila menjadi ideologi.

“Pancasila itu ideologi negara, bukan hanya filsafat moral dan tingkah laku orang per orang. Sejak Orde Baru, Pancasila dilupakan sebagai ideologi negara. Orde Reformasi juga ikut melupakan,” kata Guru Besar Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Soedijarto kepada SP di Jakarta, kemaren.

Dia menjelaskan, nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan untuk membangun tatanan kehidupan masyarakat lebih baik. Dia juga menyatakan dibutuhkan sebuah revolusi mental terhadap seluruh komponen bangsa.

“Pejabat harus mengabdi pada negara bukannya untuk sekadar mencari uang. Mental seluruh masyarakat dan pejabat mesti berubah,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) MPR, Ahmad Basarah berpendapat, Pancasila dalam tataran ideologis maupun implementasi masih saja terdapat masalah dan kekurangan.

“Pemahaman ideologis sebagian kelompok maupun anggota masyarakat kita, termasuk sebagian penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah masih belum sepenuh hati menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara,” kata basarah.

Oleh karena itu, diperlukan revolusi mental bangsa Indonesia dalam memahami dan mengimplementasikan kembali nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang patut dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Revolusi mental Pancasila dimaksudkan agar segenap anak bangsa merubah paradigma berpikir dan bertindak, dari mental pesimisme dan skeptisisme terhadap Pancasila dan ke-Indonesiaan, menjadi mental yang optimis dan positif terhadap nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.

Dia menuturkan, selama ini Pancasila mengalami proses pendangkalan, bahkan pendistorsian nilai-nilai. Pasalnya, Pancasila hanya dipahami sebagai rumusan sila-sila tanpa makna. Selain rumusan lima sila, tidak ada dokumen lain yang dapat dibaca oleh bangsa Indonesia untuk memahami makna filosofi yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

“Karenanya, PDI-P menghendaki agar seluruh isi pidato Bung Karno tentang Pancasila tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI dijadikan bahan rujukan bagi bangsa Indonesia untuk memahami makna filosofi sila-sila yang terdapat dalam Pancasila,” tutur Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P ini.

Dalam pidato tersebut, masih kata Basarah, dapat terlihat dengan jelas filsafat yang sedalam-dalamnya tentang cita-cita dan rancang bangun sebuah negara Indonesia merdeka.

“Pengakuan terhadap Pancasila 1 Juni 1945 tersebut jangan dilihat dari aspek rumusan sila-sila Pancasilanya, tetapi lihat dan maknailah secara filosofis dari Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila,” tegasnya.

Dengan demikian, menurutnya, Pancasila tidak lagi menjadi ideologi utopis. “Pancasila nantinya akan jadi ideologi yang bekerja di tengah masyarakat dan bangsanya sendiri. Sehingga baik masyarakat maupun pemerintah harus menuju kepada cita-cita masyarakat Pancasila yang hakiki yaitu masyarakat yang religious, adil, bersatu, demokratis dan sejahtera lahir dan bathin,” pungkasnya.

Pada 2013, PDI-P memperingati hari kelahiran Pancasila di Tugu Proklamasi, Jakarta. Menurut Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri saat berpidato kala itu, kelahiran Pancasila merupakan salah satu tonggak sejarah Indonesia. Tanpa momentum tersebut, menurut Mega, Indonesia tidak akan menjadi bangsa yang merdeka dan terus berkembang ke depannya.

“Ini tonggak sejarah bangsa yang luar biasa tapi justru sepertinya diabaikan,” kata Mega.

Pada kesempatan tersebut, Mega menagih janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadikan 1 Juni sebagai libur nasional. Mega menyebutkan, janji tersebut disampaikan SBY pada waktu pidato kenegaraannya 2011.

“Kami mengusulkan 1 Juni ini libur nasional, sampai sekarang belum dilakukan,” ucapnya.

Mega menambahkan, sudah sepatutnya presiden mengukuhkan tanggal tersebut sebagai libur nasional. Dengan begitu, masih kata Mega, maka seluruh elemen masyarakat dapat memperingati bersama momentum tersebut.(sp/fer)

Share