TRANSINDONESIA.CO – Sedikitnya tiga warga pulau Ambalau, Kabupaten Buru Selatan (Bursel) terluka ringan akibat gempa tektonik mengguncang daerah itu pada Jumat (2/5) petang, sekitar pukul 17.43 WIT.
“Gempa yang berdasarkan hasil pemantauan dan investigasi Pemkab Buru Selatan ternyata melanda lima dari tujuh desa di pulau Ambon dan tidak ada pengungsi akibat gempa yang terasa hingga di Kota Ambon,” kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Kifly Wakanno, dikonfirmasi, Minggu (4/5/2014).
Data BPBD Maluku ini berdasarkan laporan BPBD Buru Selatan yang menginventarisasi dampak gempa yang juga terasa di Namlea, ibu kota Kabupaten Buru saat Pemkab setempat melakukan kunjungan ke pulau Ambalau pada 4 Mei 2014.
Gempa yang pusatnya di di 3.72 lintang selatan dan 127.48 bujur timur dengan kedalaman 10 KM di bawah laut serta tidak berpotensi gelombang pasang (tsunami) itu mengakibatkan 67 unit rumah penduduk rusak ringan.
Begitu pun tiga unit gedung SD mengalami rusak ringan dan satu Masjid dindingnya retak.
“Pemkab Buru Selatan saat peninjauan itu juga menyerahkan bantuan beras 300 karung ukuran 20 Kg dan 120 karton sarimie.
Gempa tektonik itu terasa di Kota Ambon, Namlea, ibu kota Kabupaten Buru dan Namrolle, ibu kota Kabupaten Buru Selatan II – III MMI (getaran terasa setempat).
Pusat gempa di di 3.72 lintang selatan dan 127.48 bujur timur dengan kedalaman 10 KM di bawah laut dan tidak berpotensi gelombang pasang (tsunami).
Lokasinya di 88 Km Timur Laut Kota Namrolle, 66 KM Tenggara Namlea dan 75,4 KM Barat Kota Ambon.
Guncangan gempa yang terjadi saat PNS di jajaran pemerintahan di Kota ambon siap – siap pulang kantor itu mengakibatkan mereka berlarian keluar gedung sambil berterian gempa – gempa.
Para wartawan yang sedang bekerja di ruangan pers kantor Gubernur Maluku juga berlarian keluar gedung tanpa membawa apa pun.
“Terpenting pikir selamat. Peralatan tertinggal bukan masalah karena bila gedung roboh, maka pastinya keselamatan terancam, “ujar reporter radio DMS Ambon, Vanno Lilinger.
Salah seorang warga desa Amahusu, kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon, James Soplanit juga menyatakan panik saat merasakan guncangan gempa yang kuat tersebut.
“Saya khawatir karena guncangannya terasa kuat sekali dan tolong dicek kemungkinan tsunami atau tidak karena sebagaian besar warga desa Amahusu berada di pesisir pantai,” katanya.
Provinsi Maluku merupakan salah satu daerah rawan gempa dan tsunami karena terletak pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Pasifik, Indo Australia, dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia yang masuk ke bawah lempeng Eurasia bertemu dengan Lempeng Pasifik, sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan.(ant/kum)