Macet Jakarta jadi ‘Sarapan dan Santapan’, Polantas Tak Punya Gebrakan

polisi tilang kenderaan di dalam tolSatu truk dan dua mobil pribadi saat  diberhentikan anggota Polantas karena melintas marka jalan pembatas pada perduan jalan tol dalam kota arah Tanjung Periuk dan Semanggi.(Transindonesia.co – Yan)

 

TRANSINDONESIA.CO, Jakarta – Semakin parahnya kemacetan lalulintas di Ibukota Jakarta, juga diikuti tngginya produsen mobil murah sehingga kepadatan yang kian hari semakin tidak terhindarkan menjadi ‘sarapan’ untuk berangkat dan ‘santapan’ untuk pulang bekerja bagi warga Jakarta dan sekitarnya.

Hal ini diperparah lagi dengan tidak adanya gebrakan baru dari Koorlantas Polri Irjen Pol Pudji Hartanto dan Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol R Nurhadi dinilai tidak mampu dalam memberikan solusi mencairkan arus lalulintas Jakarta.

“Sejak tahun 2014 ini, arus lalulintas di Jakarta bukannya semakin lancar. Tapi semakin parah. Saya sebagai masyarakat awam tidak mengerti apa yang dilakukan polisi lalulintas dalam mengatasi persoalan kemacetan ini. Yang kami rasakan adalah, sarapan dan santap macet setiap pagi dan sore hari,” tutur Robby warga Kota Bekasi, Jawa Barat, kepada Transindonesia.co pada Rabu (16/4/2014).

Menurut Robby yang bekerja dikawasan segi tiga emas Jakarta, setiap pagi beangkat bekerja dan sore hari pulag bekerja kini tidak lagi menggunkana mobil pribadinya. Namun, dengan menumpangi kenderaan umum atau omprengan dia tetap saja mengalami kemacetan.

“Dari Bekasi ke Jakarta, sekarang ini sudah menghabiskan waktu menimal 2 sampai 2,5 jam. Begitu juga waktu sore hati pulang bekerja, jadi wktu yang habis dijalanan saja sudah lima jam. Ini tidak efektif dan sangat menyengsarakan. Padahal dihitung jarak tempuh dari Tol Bekasi Timur atau Bekasi Barat ke kawsana Kuningan hanya berkisar 25 kilomter,” teranganya.

Eddy, warga Bekasi lainnya juga mengeluhkan, polisi yang berjaga di dalam tol tepatnya ujung Tol Halim perduan antara tol dalam kota dengan arah ke Tanjung Periuk hanya berjaga untuk memberhentikan dan menilang kenderaan yang melewati marka jalan.

“Banyak kenderaan yang memotong mengambil arah Tol Cawang kemudian diujung perduan tersebut ke kiri arah ke Tanjung Periuk di tilang. Itu polisi sepertinya bukan bekerja untuk mencairkan kemacetan justru semakin menambah macet dengan memberhentikan kenderaan,” ucapnya yang menjadi totonan pengguna jalan setiap hari akibat polisi yang berjaga menunggu kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan oleh pengemudi.

Pada Sabtu (12/4/2014), Transindonesia.co berhasil mengabadikan dua aggota polisi yang hanya berdiri diujung perduan Tol Halim Arah Semanggi dan Tanjung Periuk memberhentikan dua kederaan. Padahal dari gerbang pembayaran Tol Halim (dalam kota) kemacetan terjadi mencapai 1 kilometer.

Kenderaan tersebut mendapat sanksi tilang bahkan dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun Transindonesia.co tidak sedikit melakuan ‘suap’ kepada anggota polisi yang berjaga itu agar tidak ditilang.

“Kalau kena disitu, paling murah kita harus mengeluarkan Rp100 ribu, baru polisi tidak menilang, kurang dari Rp100 ribu jangan harap polisi mau berdamai,” ucapnya.(yan)

Share