Jenny Rachman: Pengusung Semangat Kartini

jenny rachman calegJenny Rachman kini masuk dunia politik yang menjadi caleg DPR RI dari Partai Demokrat.(dok)

 

 

TRANSINDONESIA.CO, Jakarta – Dengan mengusung semangat tokoh idolanya, mantan artis era 70-an ini kini menapaki panggung politik yang penuh intrik. Kesetaraan perempuan menjadi pendulum semangat.

Bagi remaja yang lahir pada era tahun 1970-an pastinya tak asing mendengar nama bintang film layar lebar yang mempunyai nama lengkap Jenny Rachman. Kepiawaiannya dalam berakting dan mengekspresikan berbagai karakter perannya, Wanita berdarah Aceh, Tionghoa dan Madura ini pada akhir tahun 70-an, ia digelari The Queen of Indonesian Cinema oleh kalangan industri film Indonesia karena hampir semua film yang dibintanginya masuk dalam jajaran ‘box office’ Indonesia.

Film Ita Si Anak Pungut (1973) arahan sutradara Frank Rorimpandey merupakan debut karir pertamanya. Lepas dari itu, berbagai judul film telah dibintanginya, seperti Rahasia Gadis (1975), Kabut Sutra Ungu (1979) arahan sutradara Sjumandjaja, Gadis Marathon (1981) arahan sutradara Chaerul Umam.

Atas kepiawaiannya dalam seni peran tersebut, penghargaan Piala Citra pun berhasil di genggam perempuan kelahiran Jakarta, 18 Januari 1959. Jenny berhasil meraih dua Piala Citra dalam FFI 1980 dan FFI 1982 dengan judul film Kabut Sutra Ungu dan Gadis Marathon.

Meski sekarang tidak lagi aktif bermain film, Jenny tetap aktif mengurus dunia keartisan. Melalui kongres PARFI 2006, Jenny terpilih sebagai ketua umum organisasi aktor dan aktris film Indonesia untuk periode 2006-2010. Kemudian pada tahun 2006 pernah terlibat dalam penyusunan draf usulan revisi Undang-Undang Perfilman tahun 2008 hingga berhasil menjadi Undang-Undang tentang Perfilman Nomor 33 Tahun 2009.

Kartini Tokoh Panutan

Jenny Rachman memandang Kartini merupakan sosok karunia Allah yang luar biasa. Di usianya yang sangat muda telah memiliki gagasan yang cemerlang dengan bercita dan cipta memajukan kaum perempuan Indonesia agar bisa berdiri diatas kakinya sendiri. Dengan kekuatan berfikir yang jernih dan membangun hingga bisa menjadi sosok tangguh dalam tonggak pilar kebangkitan peradaban Indonesia.

“Dia seorang pejuang, melalui gagasan-gagasan dalam pemikirannya dia begitu cemerlang, berani untuk melakukan perubahan bagi kaumnya meskipun bertentangan dengan kultur budaya Jawa, sekaligus Kartini memiliki kemampuan Interprenuer yg mengagumkan,” papar mantan artis yang memulai karir dari model dan pragawati ini, beberapa waktu lalu di Jakarta.

Antusiasme terus terpancar dari ekspresi wajahnya, manakala Jenny Rachman membicarakan sosok yang tak lelah memperjuangan kaum perempuan tersebut.

“Dia mampu memberikan peluang dan perhatian bahkan kesempatan bagi para pengrajin di Jepara sehingga dikenal di manca negara,” tambahnya.

Alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional ini menganggap era globalisasi bukanlah sesuatu yang harus diratapi, tetapi sebaliknya menjadi pendorong majunya spirit Kartini agar terus tertanam dan tervisualisasi.

Menurut Jenny, wanita Indonesia sekarang ini haruslah memiliki jiwa revolusioner dalam menghadapi tantangan tradisi yang membelenggu demi kemajuan mereka sendiri.

“Di era globalisasi perempuan harus lebih maju. Sekarang ini kaum wanita kiprahnya sudah terlihat di berbagai profesi menjadi anggota legislatif, presiden, polisi dan lainnya. Jabatan strategis tersebut harus dilakukan dengan kualitas kemampuan maksimal. Tentunya tanpa harus meninggalkan kodratnya sebagai perempuan,” tegas mantan Ketua Kerjasama Operasional pada Perusahaan Humpuss Madya Pratama Tahun 1991 ini.

Wanita Indonesia itu sendiri dimata Jenny dewasa ini jauh lebih pandai, mandiri. Walaupun berstatus ibu rumah tangga tapi mereka masih bisa melakukan hal-hal produktif. Namun begitu, sebagai publik figur Jenny melihat masih banyak wanita Indonesia yang masih kurang cerdas, terbelenggu dan mudah dikelabui kaum lelaki, dibohongi lawan jenisnya. Ini sudah tidak boleh lagi terjadi.

“Perempuan harus memiliki kecerdasan intelektual, spiritual dan kecerdasan emosional dalam mewujudkan eksistensi dirinya dan mampu bersikap arif dan bijaksana dalam bertindak, sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang sama untuk memperoleh hak yang sama dengan kaum laki-laki di segala bidang” tegas bekas Direktur Komersial Sirkuit Sentul.(amri siregar)

Share