TRANSINDONESIA.CO, Sumenep : Penderita tuberculosis (TB), Indonesia merupakan peringkat keempat di dunia setelah India, China, Afrika Selatan, masing-masing urutan pertama, kedua dan ketiga sebagai penderita TB dunia.
Berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia, penduduk yang terserang TB sekitar 10 persen dari total jumlah penduduk yang ada di negeri ini, dengan jumlah warga meninggal dunia setiap harinya antara 160 hingga 200 orang per hari.
Wakil Bendahara Pengurus Pusat Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (NU) Drg Fauziah M Asim, M.Kes, di Sumenep, Rabu (19/3/2014) yang mengungkapkan data tersebut mengilustrasikan bahwa penyakit TB sesungguhnya lebih mengerikan dibandingkan kecelakaan pesawat terbang yang pernah terjadi belum lama ini. “Untuk itu NU melalui penanganan masalah kesehatan, yakni LKNU memandang perlu dilakukan percepatan penanganan dalam mengatasi masalah itu,” terang Fauziah pada pembukaan lokakarya Percepatan Penanganan TB yang digelar lembaga itu di kantor PC NU Kabupaten Sumenep.
Kasus TB di Indonesia merupakan tanggung jawab semua pihak. Dan oleh karenanya, sambung dia, pada tahun 2003 NU menandatangani kontrak kesepahaman untuk bersama-sama pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI untuk menanggulangi penyakit TB itu.
“Maka saat itu pula, LKNU sebagai badan otonom yang anggotanya dari para tenaga medis dituntut untuk menjadi pelaksana dalam upaya percepatan pemberantasan jenis penyakit berbahaya ini,” kata Fauziah.
Aktivis perempuan yang kini menjadi calon legislatif dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di daerah pemilihan (dapil) XI Madura ini juga menjelaskan, sampai ini, program percepatan
penanganan TB sudah dilakukan di 15 provinsi di seluruh Indonesia.
Selain itu sebanyak 500 kader dan 500 motivator yang diterjunkan Pengurus Pusat LKNU di 15 provinsi yang telah mencanangkan program percepatan penanggulangan TB itu.
Pihaknya juga sengaja mengundang tenaga medis dari puskesmas sebagai peserta dari lokakarya itu, dengan harapan petugas puskesmas memahami tentang kasus itu dan teknik menanganinya.
Adapun kepesertaan dari kalangan pondok pesantren dalam lokakarya penanganan TB itu, karena pendekatan yang ingin dilakukan tidak hanya melalui medis, akan tetapi juga melalui pendekatan agama.
Fauziah menjelaskan, keterlibatan Lembaga Kesehatan NU dari berupaya mempercepat penanggulangan TB di Indonesia juga dalam rangka mendukung visi Kementerian Kesehatan RI bahwa Indonesia akan bebas penyakit TB pada tahun 2050.
Lokakarya tentang percepatan penanggulangan TB yang digelar LKNU atas kerja sama dengan Kementerian Keseharan RI itu akan berlangsung selama dua hari.
Peserta terdiri dari utusan tujuh pondok pesantren, tujuh puskesmas, tiga perwakilan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU, Badan Otonom NU, Dinas Kesehatan dan RSUD Kabupaten Sumenep.
Acara lokakarya tentang percepatan penanggulangan penyakit TB ini juga dihadiri oleh Bupati Sumenep Busro Karim, serta sejumlah pengurus NU dari berbagai kecamatan se-Kabupaten Sumenep.(ats)