Macet Semakin Parah, “Dirlantas Polda Metro Mati Gaya”

TRANSINDONESIA.CO – Setelah menyoroti mutasi di jajaran Polri yang pertama diawal kepemimpinan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dengan judul berita Transindonesia “Mutasi Perdana Tito Masih “Menempatkan Posisi Basah” Gaya Lama”, Indonesia Police Watch (IPW) menyebut tiap pergantian Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya seperti sudah “mati gaya”.

“Dirlantas Polda Metro Jaya seperti sudah mati gaya dalam menghadapi situasi lalu lintas Jakarta. Terlalu banyaknya jumlah kendaraan dan buruknya transportasi publik membuat berbagai rekayasa lalu lintas seakan tidak berarti apa-apa dalam mengatasi kemacetan Jakarta,” kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane menjawab pertanyaan Transindonesia.co soal mengapa setiap pergantian Dirlantas Polda Metro (PMJ) Jaya tidak juga ada yang berhasil mengatasi kemacetan ibukota?

Lebih lanjut Neta menyatakan, sikap mati gaya Dirlantas PMJ ini semakin terlihat ketika publik tidak melihat ada inovasi-inovasi signifikan dari Direktorak Lalu Lintas PMJ.

Kemacetan di depan Markas Polda Metro Jaya telah menjadi pemandangan sehari-hari sampai saat ini belum teratasi.[Dok]
Kemacetan di depan Markas Polda Metro Jaya telah menjadi pemandangan sehari-hari sampai saat ini belum teratasi.[Dok]
“Kondisi yang ada terbiarkan mengalir apa adanya. Kemacetan dipintu masuk Jakarta di kawasan Cawang dan Tol Tomang dan dibeberapa lokasi daerah penyangga ibukota setiap pagi dan sore seperti menjadi ritual rutin yang tidak ada solusinya,” terang Neta.

Tragisnya kata Neta, kemacetan parah di depan Markas Polda Metro Jaya dan kantor polisi lainnya sudah menjadi pemandangan sehari-hari.

“Bahkan di depan Markas Korlantas Polri pun tidak bisa teratasi. Memang kraudit lalu lintas di Jakarta bagai benang kusut yang makin sulit diurai. Tapi seharusnya Dirlantas PMJ yang tahu persis kondisi lalu lintas Jakarta,” tambah Neta.

Dirlantas PMJ yang saat ini dijabat oleh Kombes Pol Syamsul Bahri kata Neta, seharusnya berani mengeluarkan rekomendasi dan usulan untuk kemudian mengkampanyekannya dalam mengatasi kemacetan sehingga ada perubahan dan perbaikan setiap pejabat Dirlantas.

Dicontohkan Neta, keberanian mengkampanyekan mengurai kemacetan misalnya dalam pengurangan produk kendaraan atau program peningkatan angkutan massal atau peningkatan jalur Busway yang dalam waktu-waktu tertentu kosong melompong.

“Di sisi lain di sebelahnya terjadi kemacetan parah. Atau minimal kemacetan dan parkir liar di depan kantor-kantor polisi bisa diatasi. Jika kemacetan dan parkir liar di sekitar kantor polisi saja tidak bisa di atasi Dirlantas PMJ, bagaimana publik bisa berharap banyak pada polisi dalam mengurai kemacatan Jakarta?,” katanya.[Saf]

Share
Leave a comment