Harga Naik, Nilai Ekspor Melonjak 110,61%

menjemur cengkehPetani cengkeh menjemur hasil panenannya.(ist)

 

 

TRANSINDONESIA.CO – Harga komoditi rempah-rempah yang naik sekira 5% hingga 10%, tidak membawa dampak buruk terhadap nilai ekspornya. Untuk periode triwulan 1 tahun 2014 ini, nilai ekspor rempah justru melonjak hingga 110,61% dibandingkan periode yang sama ditahun lalu.

Kepala Seksi Ekspor Hasil Pertanian dan Pertambangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatera Utara (Sumut), Fitra Kurnia mengatakan, ekspor rempah-rempah seperti kayu manis, cengkeh dan kemiri masih diminati negara luar sehingga nilai nya terus melonjak.

“Harga memang naik, tapi tidak menganggu permintaan sehingga nilai ekspor nya meningkat,” ujarnya di Medan, Selasa (22/4/2014).

Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA) Disperindag, komoditi rempah-rempah melonjak 110,61% dari nilai US$ 2,460 juta  dengan volume 1.555 ton periode Januari hingga Maret 2013, naik menjadi US$ 5,182 juta dengan volume 3.261 ton.

Sedangkan untuk harga komoditi rempah seperti kayu manis tingkat lokal telah mencapai 8.000/kg, bunga cengkeh Rp5.200 /kg, kemiri bulat mencapai Rp22.000/kg dan kemiri kupas Rp16.000/kg.

Dikatakannya, beberapa komoditi rempah-rempah atau cassia vera yang banyak diekspor yakni bunga cengkeh, kayu manis, kemiri, kapulaga, kencur kering dan kayu pinang. Untuk permintaan terbesar masih berasal dari Portugal, Jerman, Uni Eropa, Afrika Selatan, Malaysia, Brazil, Cina dan Vietnam.

“Permintaan rempah-rempah terus naik seiring dengan tren ngopi pakai flavour atau rasa kayu manis di Cina,” katanya.

Untuk produksi komoditi rempah tersebut, diakui Fitrah, pihak eksportir masih banyak mendatangkannya dari Propinsi Sumatera Barat dan Aceh karena terkendala dengan ketersediaan barang dari Sumut.

“Untuk kayu manis yang berasal dari Padang, memiliki kualitas yang lebih bagus dengan keunggulan kayu tipis dan aroma yang kuat sehingga Negara-negara Eropa lebih memilih kayu manis tersebut untuk dijadikan bahan campuran minuman dan juga industri makanan. Berbeda dengan kayu manis asal Sumut yang kulit lebih tebal dan kurang beraroma,” ujarnya.

Eskportir komoditi rempah-rempah PT Sari Makmur Tunggal Mandiri, Suryo Pranoto  mengatakan, permintaan masih bagus meski harga mengalami kenaikan sekitar 5% hingga 10% khususnya dari Negara Eropa dan India.

“Permintaan masih banyak dan setiap bulannya biasa mengirim 50 ton hingga 100 ton komoditi rempah perbulannya ke Eropa dan India,” katanya.(dhona)

Share
Leave a comment