TRANSINDONESIA.co, Beijing : Kantor berita resmi China, Xinhua mengatakan, Presiden Filipina Benigno S. Aquino III tidak paham sejarah dan realita saat membandingkan China dengan Nazi Jerman.
Demikian kantor berita resmi China, Xinhua, 5/2/2014 kemarin.
Komentar keras Xinhua tersebut adalah tanggapan atas komentar terbaru Presiden Filipina Benigno S. Aquino III kepada surat kabar The New York Times tentang keprihatinan negaranya tentang pertumbuhan kekuatan maritim China di Laut Cina Selatan.
Dalam wawancaranya dengan NY Times itu, Aquino mencari dukungan lebih dari negara-negara dunia untuk mendukung upaya Filipina membendung kekuatan China dengan mengingat sikap diamnya Barat atas langkah ekspansi militer Adolf Hitler dengan tidak menyokong Cekoslowakia dari cengkeraman Nazi Jerman.
Menyebut pendekatan Aquino dalam sengketa maritim dengan China sebagai “inflamasi” (penghasutan), Xinhua mengatakan bahwa pemimpin Filipina itu “tidak akan pernah menjadi kandidat negarawan besar yang bijaksana.”
Artikel dalam Xinhua itu berlanjut dengan mengatakan Aquino telah “tanpa alasan membandingkan tetangga di sebelah utara-nya dengan Nazi Jerman, yang menampakkan warna aslinya sebagai seorang politisi amatir yang bodoh baik dari sejarah maupun realita.”
Xinhua menambahkan, Aquino telah sejajar dengan “Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang telah dipermalukan.” Sebelumnya Abe pernah membandingkan hubungan Jepang – China seperti antara Inggris dan Jerman dalam periode Perang Dunia I. Abe membuat pernyataan itu bulan lalu di World Economic Forum di Swiss.
Dalam sengketa Laut China Selatan, China mengklaim kawasan itu termasuk Kepulauan Spratly dan dangkalan Scarborough yang berbatasan dengan Filipina.
Tentang klaim wilayah maritimnya, Xinhua mengatakan, “kedaulatan China di Laut China Selatan memiliki landasan historis yang kuat.” China, “tidak pernah mem-bully tetangganya yang lebih kecil seperti yang diklaim oleh Manila,” malah berusaha untuk menyelesaikan masalah melalui dialog dan konsultasi yang setara.
“Pemimpin Filipina mudah memilih untuk mengabaikan fakta bahwa pemerintahannya lah yang mengadopsi pendekatan konfrontatif dengan mencoba menyambar pulau dan perairan” yang telah menjadi bagian dari wilayah Cina “sejak zaman kuno.”
Xinhua menyebut hubungan antara China dan Filipina sebenarnya telah membaik, mengingat bantuan China ke Filipina pasca bencana badai Haiyan tahun lalu.
“Serangan terkini Aquino kepada China telah banyak menyia-nyiakan kesempatan unik itu untuk lebih meningkatkan hubungan dengan China,” tulis Xinhua.(xinhua/rm/fen)