TRANSINDONESIA.co | Oleh: Irjen Pol Prof. Chrysnanda Dwilaksana
Sespim Lemdiklat Polri merupakan sekolah bagi calon pemimpin di masa depan. Pemimpin adalah orang yang dapat dipercaya atau diberi amanah untuk memegang kewenagan dan kekuasaan atas sesuatu yang dipimpinnya. Pemimpin diperlukan dan menjadi sangat menentukan karena memiliki kekuatan, kewenangan untuk mengambil kebijakan dan kebijaksanaan. Keputusan-keputusan ada padanya. Pemimpin diberi banyak previlage dan fasilitas-fasilitas serta kemudahan-kemudahan untuk mampu mencapai tujuan institusi yang dipimpinya.
Bagi pemimpin publik kepemimpinanya tercermin dalam perilaku organisasi dan pelayanan kepada publik. Karena disitulah kebijakan-kebijakannya diambil dan diputuskan dan bagaimana ia mampu merubah mind set dan culture set orang maupun institusi yang dipimpinnya.
Kalau kita melihat bahwa inti dari administrasi adalah management, inti dari management adalah kepemimpinan, inti dari kepemimpinan adalah pengambilan keputusan, inti pengambilan keputusan adalah human relation. Pemimpin akan menjadi role model bagi anak buahnya.
Pemimpin yang dijadikan role model/ikon pembaharuan oleh anak buahnya, karena memiliki integritas, komitmen, kompetensi dan keunggulan. Itulah karakter pemimpin.
Pemimpin di era kenormalan baru dibutuhkan pemimpin yang transformasional, yang dapat dikatakan:
1. Visioner,
2. Problem solving,
3. Kreatif dan inovatif,
4. Menjadikan unggul.
Perkataan-perkataannya adalah :
1. Memotivasi,
2. Menyadarkan,
3. Memberdayakan,
4. Menguatkan,
5. Menyejukkan,
6. Membawa pada harapan.
Perbuatan-perbuatannya :
1. Secara pribadi mampu menunjukan moralitasnya, 2. Mampu menunjukan kepiawaianya dalam berpikir yang visioner dan kompetensinya dalam bekerja,
3. Mencerminkan kecintaan dan kebanggaan pada pekerjaannya,
4. Menunjukan disiplin dan tanggung jawabnya.
Tatkala pemimpin pemikiran, perkataan dan perbuatannya tidak konsisten, mencerminkan tingkat kualitas berpikirnya, kompetensinya, juga attitudenya. Pemimpin publik tercermin dari pelayanan publiknya dan perilaku anak buah yang dipimpinnya.
Analogi pemimpin dan kepemimpinan dalam kebijaksanaannya kita dapat belar dari kisah Mahabarata, salah satunya dari :
“Kebijaksanaan Arya Widura”
Dalam kisah Mahabarata ketidaksempurnaan semakin merajalela akibat ketamakan dan angkara murka. Arya Widura adik Raja Destrarata dan Raja Pandu dari Hastinapura, namun beda ibu. Ia terlahir dari putra Begawan Abiyasa dari pembantu Hastinapura. Arya Widura sebenarnya titisan Bathara Darma. Ia diangkat menjadi Perdana Menteri dan penasehat raja. Widura tidak suka dengan gaya jumawa para Kurawa maupun Sangkuni yang terus memprovokasi keponakannya. Nasehat nasehatnya selalu saja dimentahkan Sangkuni, dan Duryudana.
Tatkala perang besar Baratayudha dimulai iapun memberikan banyak nasehat kepada Raja Destrarata untuk mencegah korban bagi anak anak maupun rakyatnya dan menghentikan perang, paska Bisma yang Agung tumbang di tangan Srikandi.
Widura menasehati Raja Destrarata sebagai kakaknya agar pihak Kurawa :” Mampu mengendalikan diri dari kejumawaan, ketamakan dan amarahnya dengan mengembalikan apa yang menjadi hak para Pandawa. Kata kata Widura cukup keras agar para Kurawa selamat dari korban peperangan. Kurawalah penyebab perang yang mengabaikan rasa syukur wujud dan dalam pikiran perkataan dan perbuatan
Penuh kejumawaan. Sikap anak anak Destraraya selalu saja angkuh tiada kerendahan hati dan selalu mengabaikan keutamaan. Sehingga para Kurawa tiada mampu mengalahkan diri sendiri. Tiada mampu lagi menghormati orang lain, mengajak orang setua Bisma untuk berperang. Guru Durna yang semestinya menikmati hidup di hari tuanya, namun harus mengangkat senjata membela Kurawa.
Widura terus mengutakan isi hatinya. Ia mengatakan :” sikap bijaksana untuk menyingkirkan pikiran buruk dan kejumawaan
Karakter yang kuat seorang raja teguh dalam menjalankan komitmennya secara konsisten. Kesadaran, tanggung jawab untuk mencegah korban yang lebih besar lagi”. Pikiran dan perkataan Arya Widura kepada Raja Destrarata merupakan bagian dari suatu tanggungjawabnya atas kehidupan dan keselamatan bagi anak anak Kurawa. Ia tahu para Kurawa tiada lagi perisai pelindungnya. Kurawa anak anak yang tidak terlatih, malas dan lelah berpikir. Hidup dan kehidupannya di bawah bayang bayang Bisma dan Guru Durna serta Raja Angga Karna. Kejumawaan, ketamakam dan amarah Kurawa tak lain untuk menutupi kelemahannya.
Walaupun Raja Destrarata mulai tidak suka namun Widura terus aja berkata bahwa :” Pikiran pengendali jiwa dan raga, tatkala pikiran dibiasakan positif maka akan menuju kepada sesuatu yang baik dan benar. Demikian juga sebaliknya. Hidup merupakan anugerah dan kesempatan untuk memberi kehidupan bagi sesamanya. Hidup di dunia merupakan peziarahan panjang menuju keabadian. Apa yang tabur di dunia akan menjadi buah keabadian. Hati yang keras dan selalu ingin dipahami serta menang sendiri akan berdampak pada duka panjang
Raja Destrarata berteriak : “jangan kau lukai batinku ini Widura!” Namun Widura menjawab : “Luka batin akan menimbulkan sakit hati yang mendalam memendam dendam yang tak berkesudahan, itu semua yang dilakukan anak anakmu. Para Kurawa selalu saja haus akan kekuasaan. Mereka lupa bahwa : “kekuasaan merupakan amanah dan tanggungjawab bagi hajat hidup banyak orang untuk semakin meningkat kualitas hidupnya. Sebaliknya Kurawa menyalahgunakannya”.
Aryawidura tetap hidup dalam kebaikan dan kebenaran hingga akhir hayatnya. Jiwanya moksa dan menyatu dalam diri Yudistira. Yang juga titisan Batara Dharma. Ia terus menyuarakan kebenaran, ia sadar Kurawa tidak akan mendengarkannya. Apa yang dilakukan Arya Widura merupakan teladan keteguhan hati membela kebenaran walau dalam area kaum yang penuh ketidakbenaran.
Apa yang dapat kita petik dari kisah Arya Widura tadi, pemimpin itu sebagai panglima terdepan untuk menyerukan dan melakukan kebaikan maupun perbaikan. Pemimpin menjadi sang pencerah, suluh di depan bahkan bagai lilin yang terus menerus menerangi walau dirinya harus meleleh. Pemimpin tidak boleh hanyut dalam keangkaramurkaan.
Sespim Lemdiklat Polri melatih, mengajarkan, menyiapkan bagi pemimpin di masa depan melalui :
A. Kurikulum Dasar :
1. Pengasuhan : olah jiwa, olah rasa dan olah raga dalam kehidupan sehari hari yang mencakup :
a. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
b. Seni Budaya,
c. Olah Raga
d. Bakti Masyarakat
2. Patriotisme yang berbasis pada : Pancasila, UUD 45, Kebhinekaan dan NKRI
3. Karakter dan nilai nilai Kebhayangkaraan : Tri Brata, Catur Prasetya, UU Kepolisian, Kode Etik Polri
4. Karakter dan strategi kepemimpinan di era kenormalan baru dan menghadapi fakta brutal, emergency maupun contigency
4. Budaya Anti Korupsi melalui Etika Publik
B. Kurikulum Pokok yang berbasis pada Ilmu Kepolisian
1. Masalah sosial khususnya yang berkaitan dengan keteraturan sosial
2. Hukum, HAM, Penegakan Hukum dan Keadilan
3. Kejahatan : pencegahan, penamganan dalam berbagai kategorinya
4. Birokrasi yang dikaitkan dengan
a. Administrasi,
b. Operasional
c. Capacity Building
d. Kemitraan
e. Pelayanan Publik
f. Problem Solving
g. Net working
5. Model policing/ pemolisian contemporary policing
a. Smart policing : conventional policing, electronic policing, forensic policing
b. International policing
c. Maritime policing
d. Emergency and Contigency policing
e. Border policing
f. Art policing
Dsb
C. Kapita Selekta
1. Ideologi
2. Politik
3. Ekonomi
4. Sosial budaya
5. Humaniora
6. Media
7. Teknologi informasi
8. Smart city
9. Post truth
10. Cooling system
11. Pemilu serentak
12. Konflik sosial
Dsb
Sistem pembelajaran dilatihkan dengan model merit system dan track record secara kualitatif, untuk meminimalisir transaksional dan perebutan ranking yang tidak rasional. Sespim Lemdiklat Polri menekankan pada moralitas dan best attitude.
Model pembelajaran secara proaktif dan problem solving berkaitan dengan Sespim Executive study:
1. Konseptual dan teoritikal
2. Studi kasus
3. Riset dan pengkajian
4. Capacity building
5. Literasi Kepemimpinan
6. Laboratorium bagi Smart Policing
7. Pengembangan maupun pembaruan
8. Manajemen media dalam “leader branding”
9. Benchmarking
10. Leader Expo dalam bentuk pengabdian masyarakat, FGD, Seminar, Smart Policing Expo yang merupakan ujian tahap akhir, dsb.
Kesemua itu akan direfleksian dalam proses pembelajaran yang mengacu keutamaan Sespim Lemdiklat Polri melalui dialog peradaban.**
Maribaya 100423