Pendidikan Bagi Pemimpin, Mungkinkah?

TRANSINDONESIA.CO – Mencermati lahirnya sang pemimpin sering bukan melalui pendidikan formal semata, melainkan juga dari bakat-bakat kepekaannya, keberanian kompetensinya.

Seorang pemimpin yang dipaksakan atau produk hutang budi atau karena keinginanya menjadi pemimpin, ini sebenarnya pemimpin-pemimpin semu. Mereka hanya akan mengurusi kewenangan kekuasaan penguasaan sumber daya dan melupakan hakekat dari sang pemimpin dengan kepemimpinanya.

Hakekat sang pemimpun dipilih, ditunjuk dan diberi kepercayaan karena kompetensinya, integritasnya, bahkan bukan karena kemauanya sendiri melainkan terdorong akan kepekaan kepedulian kesadaran tanggung jawab untuk membantu, menolong, bahkan menyelamatkan dan mesejahterakan banyak orang.

Ilustrasi

Sang pemimpin sebenarnya tanpa sadar dirinya dibawa dalam arus visinya dan dirinyapun menikmati dan menghayati proses yang panjang, lama bahkan sulit. Pemimpin memiliki karakter antara lain: 1. Peka peduli dan berbelarasa terhadap masalah-maslah kemanusiaan, 2. Berani dan rela berkorban demi tercapai /terwujud visinya, 3. Tulus tanpa pamrih dalam mengerjakan sesuatu untuk kebaikan dan perbaikan. 4. Mampu melihat masa depan dan berupaya mewujudkan visinya dalam berbagai lini maupun bagianya, 5. Kemampuan menginspirasi memberdayakan bahkan memotivasi dan memberi solusinya, 6. Berani belajar dan memperbaikinya, mampu menyiapkan dan menghadapi tuntutan tantangan hingga ancamanya. Mampu menyiapkan masa depan yang lebih baik.

Setidaknya 6 point itulah yang dilatihkan atau ditajamkaň sehingga orang-orang yang memiliki talenta sebagai pemimpin memang secara logika dengan dilatihkan melalui lembaga pendidikkan formal maupun dalam proses seleksi alami/ nature.

Pendidikkan bagi sang pemimpin selain memahami teori dan konsepnya juga proses studi kasus, problem solving serta menemukan capacity buildingnya. Para guru dalam mendidik sebenarnya melakukan transformasi dan pendampingan. Karena pendidikan ini sebemarnya merupakan pembudayaan.[CDL]

Share