Korban Jiwa Gempa M7.7 Myanmar Tembus 2.023 Jiwa
TRANSINDONESIA.co | Junta Militer Myanmar melaporkan Korban Gempa Bumi M7.7 dan M6.7 Myanmar yang terjadi pada Jumat 28 Maret 2026, jumlah korban hingga Ahad 30 Maret 2025 meningkat menjadi 2.023 korban tewas, 3.470 orang luka-luka dan 130 orang hilang di seluruh Myanmar.
Untuk di Thailand Berdasarkan laporan terbaru, dilaporkan sebanyak 17 orang tewas, 68 orang luka dan untuk data orang hilang masih belum diperbaharui namun diperkirakan masih ada sekitar 118 orang hilang yang didominasi oleh pekerja gedung yang runtuh.
Proses evakuasi terus dilakukan di dua negara tersebut. Bantuan internasional segera meringankan beban dan membantu proses pencarian korban. Tidak ada WNI yang menjadi Korban gempa bumi, baik di Myanmar ataupun di Thailand.
Muncul Dari Zona Seismic Gap
Gempa M7.7 pada Jumat 28 Maret 2025 di Provinsi Mandalay di Myanmar ini terjadi pada zona Seismic Gap yang sudah diteliti sejak tahun 2011.
Lalu apa sih Zona Seismic Gap itu? Zona Seismic Gap secara umum adalah suatu wilayah yang aktif secara tektonik pernah menghasilkan gempa signifikan/besar tetapi tidak pernah kembali terjadi gempa besar pada rentang waktu yang lama. Zona Seismic Gap ini bisa berada pada Patahan darat atau Zona Subduksi di Lautan.
Dalam pemahaman tentang kegempaan terdapat istilah “suatu wilayah yang pernah terjadi gempa pasti akan merasakan kembali gempa dimasa depan” dan itu adalah sebuah pengulangan karena memang gempa adalah bencana yang pasti terulang.
Gempa M7.7 di Myanmar ini berada di salah satu Zona Seismic Gap dari Patahan Sagaing yang diketahui terakhir kali memicu gempa pada tahun 1839 berkekuatan M8.3 yang lokasinya berjarak sekitar 15 km dari titik gempa M7.7 di tahun 2025 yang artinya tak ada catatan gempa besar dari segmen ini selama 128 tahun
Zona Seismic Gap ini pertama diteliti tahun 2011 oleh ahli seismologi Jepang dan Myanmar yaitu Nobuo Horukawa dan Phyo Maung Maung dimana mereka memetakan setiap kejadian gempa dimasa lalu disepanjang Patahan Sagaing berdasarkan sedimentasi dan aktifitas kegempaannya dan ditemukanlah satu segmen yang memiliki panjang sekitar 200 km yang belum pernah terjadi gempa besar dan dinamakan sebagai Mandalay-Naypyidaw Seismic Gap. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa segmen tersebut mampu menghasilkan gempa hingga skala M7.7
Kemudian ternyata segmen tersebut pecah di tahun 2025 dan merupakan salah satu gempa terbesar disepanjang Patahan Sagaing sejak tahun 1991. Gempa M7.7 pada 28 Maret 2025 disebabkan oleh Patahan Sagaing yang bergerak sepanjang 200 km dengan lebar 20 km dan mengalami slip sekitar 5-7 meter
Patahan Sagaing sendiri memiliki panjang sekitar 1.400 km yang memanjang dari Selatan (Yangoon) hingga ke utara (Puta-O) dan dikenal sebagai Patahan yang sering memicu gempa supershear yaitu sejenis gempa yang dimana patahannya bergerak cepat dan luas sehingga mampu menghasilkan getaran gempa yang lama dan sangat kuat
Patahan Sagaing juga dikenal sebagai patahan yang sering memicu gempa doublet yaitu sebuah kejadian gempa yang bisa muncul 2x dalam waktu berdekatan seperti kejadian gempa
M7.3 dan M7.0 pada 12 Desember 1908
M7.3 pada 3 Desember 1930 dan M7.6 pada 27 Januari 1931
M7.9 dan M7.8 pada 12 September 1946
Berdasarkan karakteristiknya, beberapa ahli mengkhawatirkan bahwa kemungkinan akan adanya gempa dengan skala besar yang bisa saja terjadi di waktu berdekatan pasca gempa utama. Menurut USGS sendiri sekitar 2% kemungkinan bisa terjadi gempa dengan skala M7 diwaktu mendatang
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa zona seismic gap yang bisa saja pecah dimasa depan yaitu
Zona Subduksi
Seismic Gap Mentawai-Siberut, Sumatera Barat
Seismic Gap Selat Sunda, Lampung-Banten
Seismic Gap Selatan Yogyakarta
Seismic Gap Selatan Bali-Lombok
Seismic Gap Savu, NTT
Seismic Gap Timor, NTT
Seismic Gap Banda
Seismic Gap Seram
Seismic Gap Waigeo-Halmahera
Seismic Gap
*Seismic gap yang paling banyak diteliti adalah seismic Gap Mentawai-Siberut, Seismic Gap Selat Sunda dan Seismic Gap Bali-Lombok.
Untuk patahan daratnya, banyak sekali patahan darat di Indonesia yang sudah lama tidak menyebabkan gempa besar namun masih aktif hingga sekarang. (rts/sfn)
Sumber: USGS, earthquakeinsight