TRANSINDONESIA.co | Raja Yordania Abdullah II pada hari Senin (17/2) menegaskan bahwa ia menentang pemindahan warga Palestina dari Jalur Gaza, dan mengatakan solusi dua negara adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian. Ia menyampaikan hal itu dalam sebuah pertemuan dengan para pensiunan militer di ibu kota Amman.
“Saya menekankan pentingnya bekerja untuk mengurangi eskalasi di Tepi Barat, dan bahwa perdamaian yang adil dan komprehensif berdasarkan solusi dua negara adalah satu-satunya cara untuk mencapai stabilitas di wilayah tersebut,” kata Abdullah.
Pernyataannya ini disampaikan setelah lawatan ke AS baru-baru ini dan pertemuannya dengan Presiden Donald Trump.
Trump telah bersikeras bahwa Gaza dapat dikosongkan dari seluruh penduduknya, dikendalikan oleh AS, dan dibangun kembali sebagai daerah wisata.
Raja Abdullah II menekankan bahwa pembangunan kembali Gaza dapat dilakukan tanpa memindahkan penduduknya.
“Selama kunjungan saya ke Washington DC minggu lalu, saya menekankan bahwa kepentingan Yordania, stabilitas dan perlindungan negara serta warga Yordania – berada di atas semua pertimbangan. Namun pertanyaannya adalah, setelah 25 tahun, mengapa saya perlu mengubah posisi saya? Selama 25 tahun, saya telah mengatakan tidak pada pemindahan, tidak pada permukiman, tidak pada tanah air alternatif,” tambahnya.
Lebih dari dua juta warga Palestina telah bermukim di Yordania.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, pekan lalu mengatakan tentangan yang disampaikan pemerintahnya terhadap ide Trump tentang pemindahan warga Gaza itu “tegas dan tak tergoyahkan.”
Selain kekhawatiran akan terancamnya tujuan jangka panjang solusi dua negara bagi konflik Israel-Palestina, Mesir dan Yordania secara pribadi juga telah menyuarakan keprihatinan keamanan dalam menerima sejumlah besar pengungsi tambahan ke negara mereka; walaupun untuk sementara waktu. [voa]