“Taufan Al Aqsa” Literasi Perjuangan Palestina

TRANSINDONESIA.co | Yayasan Persahabatan dan Studi Peradaban (YPSP) bersama Al Fahmu Institute menggelar Konferensi Nasional dan Peluncuran Buku Taufan Al Aqsa, menitik beratkan hubungan Indonesia dengan Al-Aqsa dan Palestina tidak lahir kemarin sore. Bagi Indonesia, pembelaan terhadap Al-Aqsa dan Palestina telah merasuk jauh ke dalam dasar bernegara melalui UUD RI 1945, yang terletak pada pembukaannya yang dirumuskan oleh para founding fathers.

Konferensi Nasional dan Peluncuran Buku Taufan Al Aqsa, dilangsungkan di Gedung Nusantara V, Komplek DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta, Kamis 31 Januari 2025, dihadiri Menteri Kebudayaan, Dr. Fadli Zon, M.Sc., Wakil Ketua MPR RI Prof. Dr. Hidayat Nur Wahid, KH. Dr. Achmad Heryawan, Wakil Ketua Komisi 1 DPR RI, Dr. Ahed Abu Alatta, Direktur YPSP, serta Ustad Fahmi Salim, Pendiri Al Fahmu Institute.

Kegiatan ini diselenggarakan karena perjuangan kemerdekaan Palestina sudah disuarakan sejak proses pembentukan negara Indonesia tahun 1945, pada era Presiden Soekarno yang terus berlanjut hingga era Presiden Prabowo Subianto, yang menyuarakan kemerdekaan negara Palestina.

Fadli Zon apa yang telah ditunjukkan oleh warga Palestina dalam mempertahankan hak-haknya terutama terhadap tanah Palestina luar biasa, meskipun mengalami jatuhnya korban dan kerugian yang luar biasa.

“Kita bersama-sama dalam berbagai forum internasional menyampaikan bagaimana standar ganda dari negara-negara Barat di dalam melihat konflik di Palestina. Standar ganda ini

menunjukkan bahwa mereka semakin kehilangan moral guidance. Kehilangan satu sikap yang selama ini mereka seolah-olah tunjukkan, yakni menghargai hak hak asasi manusia tetapi kenyataannya membiarkan banyak sekali korban jiwa, terutama perempuan dan anak-anak,” ungkapnya.

Menbud turut mengapresiasi peluncuran Buku Taufan Al-Aqsa yang ditulis oleh Ustadz Fahmi Salim yang menurutnya ingin mencatat dan menunjukkan bagaimana perjuangan rakyat Palestina, sekaligus juga dukungan dari rakyat Indonesia di dalam berbagai literasi.

“Karena literasi ini sangat penting. Buku ini sangat penting untuk memahami perjuangan Palestina dalam menuju kemerdekaan dan kedaulatannya,” katanya.

Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid pada sambutannya pun turut menyuarakan hal serupa. Menurutnya dimanapun kita berada, mulai di jalan hingga di parlemen sikap kita sama yakni mendukung kemerdekaan Palestina.

“Kemenangan Gaza adalah kemenangan luar biasa, juga dari sisi kebudayaan. Menyelamatkan Gaza adalah menyelamatkan peradaban dunia. Adanya buku ini memastikan adanya literasi dalam upaya menyelamatkan peradaban dalam melawan penjajahan yang masih terjadi di dunia,” ungkapnya.

Sementara, penulis buku Taufan Al Aqsa, Fahmi Salim, lahirnya buku ini bukan tanpa sebab, karena perjuangan kemerdekaan Palestina sudah disuarakan sejak proses pembentukan negara Indonesia tahun 1945.

“Karena sama-sama sebagai bangsa terjajah, lalu era Presiden Soekarno yang terus berlanjut hingga era Presiden Prabowo Soebijanto sebagai janji Komitmen politik beliau bahwa kita menginginkan kemerdekaan negara Palestina. Maka sebagai anak bangsa kita berkewajiban mendukung penuh amanat agama dan mandat presiden kita soal Palestina,” ungkap Fahmi.

Buku setebal 560 halaman dengan kemasan hard cover ini terdiri dari 3 bab yang berisi 40 artikel, belum termasuk 3 tulisan pelengkap sebagai apendiks bisa dikatakan buku yang memadai untuk mengetahui karakter Zionis Israel secara historis dan bagaimana kita sebagai Muslimin di Indonesia berandil untuk bagian dari pihak yang mengalahkannya pada masa ke depan (insya Allah dalam waktu tidak lama lagi).

“Janji kita, terus berjuang dengan segala daya dan upaya sampai Baitul Maqdis merdeka. Sampai jumpa di kompleks suci Masjid Al Aqsa kita akan melaksanakan shalat futuh 2 rakaat insya Allah. Takbiir!,” ucapnya. [chy]

Share