PM Baru Starmer Bertekad Pulihkan Inggris pasca Kekacauan Bertahun-tahun
TRANSINDONESIA.co | PM baru Inggris Keir Starmer pada Jumat (5/7) berkomitmen untuk memanfaatkan mayoritas elektoralnya dalam upaya memulihkan negaranya. Ia memastikan akan fokus dalam meredakan ketegangan politik setelah bertahun-tahun mengalami pergolakan dan perseteruan.
Di luar kantor dan kediaman barunya di Downing Street Nomor 10, Starmer menyadari besarnya tantangan yang dihadapinya setelah partainya meraih kemenangan telak dalam pemilihan parlemen, mengakhiri 14 tahun pemerintahan Konservatif yang sering kali penuh dengan gejolak.
Starmer mengingatkan bahwa perbaikan apa pun akan memakan waktu, dan prioritas utamanya adalah membangun kembali kepercayaan terhadap politik.
“Kurangnya kepercayaan ini hanya bisa dibenahi dengan tindakan, bukan kata-kata. Saya tahu itu,” ujarnya.
“Baik Anda memilih Partai Buruh atau tidak, terutama jika Anda tidak, saya katakan langsung kepada Anda: pemerintahan saya akan melayani Anda. Politik dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan. Kami akan menunjukkannya,” tegasnya.
Starmer disambut dengan sorak-sorai meriah dan menghabiskan waktu sebelum berpidato untuk berjabat tangan dan memeluk para pembantu serta simpatisan yang berbaris di Downing Street. Situasi tersebut mirip dengan kondisi penyambutan Tony Blair dalam pemerintahan pada 1997. Blair sendiri juga berasal dari Partai Buruh.
Berdiri di belakang mimbar, dia menyatakan pemahamannya bahwa banyak warga Inggris merasa kecewa dengan politik setelah bertahun-tahun skandal dan kekacauan di bawah Partai Konservatif, yang mengalami kekalahan telak dalam pemilu pada Kamis (4/7).
Starmer mengatakan penolakan tersebut menandakan bahwa Inggris siap untuk melakukan perubahan: “Karena betapapun dahsyatnya badai dalam sejarah, salah satu kekuatan besar bangsa ini adalah kemampuan kita untuk menavigasi ke perairan yang lebih tenang.”
Mayoritas
Partai Buruh yang berhaluan kiri-tengah memenangkan mayoritas besar di parlemen dengan 650 kursi. Kemenangan tersebut mendorong Rishi Sunak memutuskan untuk mengundurkan diri pada Jumat (5/7) pagi, sebelum Starmer pergi menemui Raja Charles dan secara resmi diangkat menjadi perdana menteri.
Dia mengatakan dia akan berjuang setiap hari untuk membangun kembali kepercayaan, dengan mengatakan bahwa Inggris akan memiliki “pemerintahan yang tidak terbebani oleh doktrin.” Ia menggarisbawahi sesuatu yang telah dia ulangi selama kampanye bahwa negara akan menjadi prioritas pertama, dan partai menjadi prioritas kedua.
“Untuk menentang secara diam-diam mereka yang telah mengabaikan negara kita. Anda telah memberi kami mandat yang jelas, dan kami akan menggunakannya untuk melakukan perubahan.”
Hasil pemilu telah mengubah politik Inggris. Partai Buruh memenangkan lebih dari 410 kursi, meningkat 211 kursi, sementara Partai Konservatif, yang dikenal sebagai partai paling sukses di dunia Barat, kehilangan 250 anggota parlemen, termasuk beberapa menteri senior dan mantan Perdana Menteri Liz Truss.
Partai Konservatif di bawah kepemimpinan Sunak meraih hasil terburuk dalam sejarah partai tersebut, karena pemilih enggan memilik mereka sebagai buntut atas masalah biaya hidup, kegagalan dalam pelayanan publik, dan rangkaian skandal yang terjadi.
“Saya ingin menyampaikan permintaan maaf pertama dan terutama kepada negara,” kata Sunak di luar Downing Street, sambil menegaskan bahwa dia akan tetap memimpin Konservatif sampai partai tersebut siap menunjuk penggantinya.
“Saya telah berkomitmen sepenuh hati untuk pekerjaan ini. Namun, Anda telah memberikan sinyal yang jelas bahwa pemerintah Inggris harus berubah, dan penilaian Anda adalah yang utama. Saya telah mendengar kemarahan dan kekecewaan Anda, dan saya bertanggung jawab atas kekalahan ini,” tukasnya. [voa]